ads by google 3

Ketika gairah seks pupus

"Saya tidak tahu mengapa begini. Gairah seks saya hilang sama sekali. Parahnya, sudah berbulan-bulan saya tidak ingin melakukan hubungan seksual. Istri menuntut. Namun, sampai detik ini, saya masih tidak merasakan perubahan yang berarti. Wah, bisa celaka saya," keluh seorang pria di sebuah klinik konsultasi perkawinan.

Tidak sedikit ditemukan di klinik-klinik konsultasi perkawinan dan psikologi seks pasien pria maupun wanita yang mengeluh kehilangan gairah seksual mereka. Ada pria berusia 36 tahun mengeluh, dan seorang wanita paruh baya juga mengeluhkan hal yang sama. Katanya, "Sudah lama saya tidak bergairah. Saya lebih menginginkan tidur sendirian agar tidak diganggu suami saya. Anehnya, saya jadi benci kalau suami berusaha merayu saya karena ingin melakukan hubungan seksual."

Keluhan itu ternyata banyak dialami pasangan suami maupun istri. Malah akan lebih jauh lagi kalau cuma dialami satu pihak, baik suami maupun istri. Sebaliknya, mungkin masalah tidak akan berlanjut jauh bila dialami oleh kedua belah pihak, baik suami maupun istri.

Ada sekitar 25% pasangan suami-istri mengalami masalah menurun atau hilangnya gairah seksual (inhibited sexual desire, ISD). Dalam keadaan normal, pria maupun wanita sama-sama memiliki gairah seksual, karena manusia adalah makhluk seksual. Mereka sama-sama mempunyai perasaan atau keinginan untuk melakukan aktivitas seksual bahkan melakukan hubungan seksual yang sebenarnya. Ini semua karena adanya dorongan/gairah seksual, dan tanpa itu tidak mungkin aktivitas seksual, apalagi hubungan seksual berlangsung.

Tingkat dorongan seksual pria dan wanita pada dasarnya sebanding, dalam arti sama-sama kuat. Anggapan kalau dorongan seksual pria lebih kuat dari wanita, adalah tidak benar. Perbedaannya hanyalah cara mengekspresikannya. Wanita dalam hal mengekspresikan dorongan seksualnya seringkali terhambat oleh nilai-nilai dan norma-norma sosial, apalagi kita hidup dengan adat khas ketimuran yang boleh dibilang ketat. Namun akibatnya, tampak seolah-olah dorongan seksual wanita lebih kecil ketimbang pria.

Faktor-faktor yang mempengaruhi dorongan seksual setiap orang di antaranya adalah faktor hormon seks, psikis, keadaan kesehatan tubuh, dan pengalaman seksual sebelumnya. Bila semua faktor itu mendukung, maka dorongan seksual akan berfungsi, akan tetap bertahan, bahkan mungkin akan semakin membaik. Sebaliknya, bila faktor-faktor tersebut tidak mendukung, maka dorongan seksual akan menurun dan bahkan lenyap sama sekali.

Sebagai contoh, seorang suami yang merasa kehilangan gairah seksual kepada sang istri, tapi normal dan cenderung bergairah bila dengan wanita lain. Ini sangat mungkin penyebabnya adalah hambatan psikis pria tersebut, atau ia merasa kecewa, atau bahkan merasa jemu dengan istrinya itu.

Sebuah contoh lain, banyak wanita mengeluh kehilangan gairah seksualnya, dan merasa tidak senang lagi didekati oleh suaminya. Setelah diselidiki, ternyata penyebabnya selama berhubungan seksual dengan suaminya, ia sama sekali belum pernah mencapai orgasme.

Memang, masalah gagal orgasme bukan satu hal yang aneh lagi bagi wanita. Bahkan untuk wanita yang sudah lama menikah sekalipun. Sedangkan, pihak laki-laki tidak ada yang mengeluh atau sangat sedikit sekali gagal mencapai orgasme. Akibat dari perbedaan ini makin lama makin menimbulkan akibat yang lebih jauh lagi, yaitu turun atau hilangnya gairah seksual antara pria dan wanita. Maka, tidak aneh kalau kemudian wanita lebih merasakan hilangnya gairah seksual itu ketimbang pria.

Kehidupan dan aktivitas seksual akan terganggu akibat masalah ini. Tetapi, dorongan seksual bukanlah segalanya, karena ini hanyalah semacam energi yang mendorong /memacu agar fungsi seksual dapat berlangsung. Namun, dorongan seksual tidak menjamin hubungan seksual dapat berlangsung, apalagi berlangsung dengan harmonis, karena ada faktor lain yang ikut menentukan dalam fungsi seksual, yaitu faktor pfikis, pembuluh darah, syaraf otot, neurotransmitter, dan faktor pengetahuan tentang seksualitas.

Tapi, walaupun demikian, dorongan seksual mutlak diperlukan, karena dialah energi awal yang membangkitkan fungsi seksual. Tanpanya, fungsi seksual tidak dapat berlangsung. Apalagi pada pria yang sangat memerlukan energi awal itu agar terjadi reaksi seksual, tanpanya, ereksi penis tidak akan terjadi.

Nah, untuk faktor psikoseksual dan faktor fisik yang dapat menghilangkan gairah seksual, pada dasarnya dibagi menjadi beberapa bagian, di antaranya; penyakit yang menimbulkan gangguan hormon, penyakit umum, dan obat-obatan.

Penyakit yang menimbulkan gangguan hormon membuat gairah seks menurun karena gairah seksual ditimbulkan dan dipertahankan oleh hormon testosteron, dan bila hormon tersebut tertekan, maka akan mengakibatkan hambatan pada gairah seksual.

Penyakit hati dan ginjal yang sudah menahun juga merupakan salah satu penyebab hilangnya gairah seksual pada seorang pria maupun wanita. Selain itu, penyakit jantung kongestif, TBC, paru-paru, dan kelenjar gondok juga ikut serta menjadi penyebab seseorang kehilangan gairah seksualnya. Di samping itu, keadaan seperti kurang darah, gangguan penyerapan makanan, kadar gula dalam darah yang rendah, kadar kalium yang rendah, radang kelenjar prostat, kadang-kadang dapat juga menurunkan gairah seksual.

Penggunaan hormon estrogen oleh pria, dan penggunaan alkohol yang berlebihan juga dapat menurunkan dan bahkan memadamkan gairah seksual. Selain itu, penggunaan obat tekanan darah tinggi yang berlebihan juga terkadang dapat menimbulkan gangguan seksual itu, demikian juga dengan obat anti alergi (antihistamin) dan marijuana.

Sedangkan untuk faktor psikoseksual, seperti jemu, sikap bermusuhan, rasa tidak percaya, kurangnya daya tarik fisik, dapat menurunkan dan melenyapkan gairah seksual seseorang, tapi tidak terhadap orang lain. Ini berarti, bila gairah seksual lenyap pada sang istri atau pada suami, akan tetapi tetap kuat bila berhadapan dengan orang lain. Nah, ini hampir dipastikan penyebabnya adalah faktor psikoseksual.

Tidak sedikit suami ataupun istri mengalami keadaan seperti itu. Yang tidak disadari ialah pangkal masalah yang sebenarnya ada dalam diri mereka itu. Kejemuan contohnya, seringkali mengusik pasangan suami-istri yang sudah bertahun-tahun menikah, penyebabnya adalah, mereka sendiri yang tidak berusaha menciptakan variasi agar tidak terperangkap pada monotoni yang akhirnya meninggalkan kejemuan itu.

Demikian pula dengan daya tarik fisik. Banyak suami-istri yang menganggap kalau mereka sudah menikah, tidak perlu lagi memperhatikan keadaan fisik mereka lagi, tidak seperti kala berpacaran dulu. Padahal daya tarik fisik ini sangat mendominasi sekali dalam fungsi seksual, di samping daya tarik non-fisik lainnya.

Parahnya adalah, kalau sikap bermusuhan dan rasa tidak percaya yang sudah muncul. Ini berarti, telah terganggunya dasar-dasar komunikasi yang seharusnya mutlak terbina harmonis antara pasangan suami-istri. Di samping perasaan cemas, tertekan, pengalaman seksual yang bersifat traumatik, rasa rendah diri/minder, perasaan bersalah, dan perasaan takut gagal melakukan hubungan seksual. Pandangan keluarga yang negatif terhadap seks juga dapat menjadi penyebab timbulnya hambatan gairah seksual sejak awal, yaitu sejak masa remaja. Pada kasus ini, penderita sama sekali tidak pernah merasakan adanya gairah seksual sejak awal.

Untuk mencegah dan menanggulangi masalah ini, seperti masalah lainnya, yaitu harus dicari akar permasalahannya/penyebab dasarnya. Dan itu harus dilenyapkan terlebih dahulu, begitupun dengan faktor psikoseksual yang barangkali ada.

Tetapi ada satu hal penting yang harus diperhatikan oleh kedua pasangan, yaitu memberikan dorongan dan suasana yang membantu meningkatkan kembali gairah seksual yang hilang itu. Pasti, dengan bantuan itu, pengobatan yang diberikan akan lebih efektif dan membuahkan hasil yang baik. Dan kehidupan seksual harmonis yang diidam-idamkan itupun akan terwujud kembali.(dtr-cn02)





suaramerdeka.com

gugad1