ads by google 3

Menggugat Larangan Aborsi

Di Indonesia, setiap tahun sedikitnya 2,1 juta calon bayi digugurkan. Karena aborsi dilarang undang-undang, bermunculan tempat praktek aborsi yang banyak merenggut nyawa ibu. Saatnya aborsi aman dilegalkan?


TAMPAKNYA ada yang istimewa di sebuah klinik kandungan di kawasan Cikini, Jakarta Pusat itu. Rabu pekan lalu, klinik itu terlihat ramai. Sekitar 15 wanita muda tampak duduk berjejer di kursi ruang tunggu. Sembari menunggu dokter--sebut saja dr. Richardo--yang lama ditunggu tapi belum juga datang, beberapa pasien membunuh waktu dengan mengobrol atau memeloloti film India yang pagi itu ditayangkan salah satu stasiun TV swasta.

"Saya ke sini untuk kontrol," ujar Mariani (bukan nama sebenarnya), 32 tahun, saat ditemui TEMPO. Ini bukan kedatangannya yang pertama. Setahun lampau, ibu dua anak itu pernah mendatangi dr. Richardo. "Ketika itu, saya telat tiga hari dari tanggal menstruasi. Dan hasil tes menunjukkan saya positif hamil," katanya. Setelah sempat kebingungan memilih meneruskan atau menggugurkan kehamilan, akhirnya ia dan suaminya memutuskan untuk mengakhirinya saja. "Takut dosa, sih, iya. Tapi mau bagaimana lagi? Sekarang ini punya anak butuh biaya mahal," ujar Mariani.

Proses aborsi berlangsung mudah dan cepat. Ia hanya mendapat suntikan yang membuatnya tak sadarkan diri. Begitu ia siuman, Dokter menyatakan aborsi sudah selesai. Agaknya, kemudahan seperti inilah yang membuat klinik Pak Dokter istimewa sehingga banyak dikunjungi pasien. Biaya untuk aborsi pun cukup terjangkau. Mariani, misalnya, mengaku membayar sekitar Rp 800 ribu untuk obat-obatan dan jasa aborsi.

Pengalaman Mariani itu hanyalah satu dari jutaan kisah aborsi terhadap kehamilan yang tak dikehendaki di negeri ini. Prof. Biran Affandi dari Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, dalam "Pertemuan Koordinasi Ke-23 Kesehatan Reproduksi/Safe Motherhood" di Jakarta, dua pekan lalu, mengungkapkan bahwa setiap tahun diperkirakan ada 3,5 juta kehamilan tak dikehendaki di Indonesia. Kasus itu muncul dari 4,5 juta pasangan suami-istri yang tidak memiliki alat kontrasepsi atau akibat kegagalan dan salah penggunaan alat kontrasepsi. Dari jumlah itu, diperkirakan ada 60 persen yang digugurkan. Bayangkan, setiap tahun sekitar 2,1 juta calon makhluk tidak diberi kesempatan hidup.

Angka sebesar itu belum termasuk dari kalangan remaja wanita. Diyakini, dari sekitar 42 juta remaja wanita, pasti ada yang hamil di luar pernikahan. Cuma, kata Biran, "Kita kan belum pernah menghitungnya. Jadi, angka aborsi tersebut merupakan perkiraan minimal."

Padahal, aborsi semestinya bukan sesuatu yang mudah dilakukan di republik ini. Undang-Undang Kesehatan Tahun 1992 melarangnya. Aborsi hanya boleh dilakukan karena alasan-alasan medis. Di luar itu, pengguguran tidak boleh dilakukan, dengan alasan apa pun.

Ada permintaan aborsi tinggi, ada undang-undang yang melarangnya. Yang terjadi kemudian adalah munculnya tempat-tempat praktek aborsi ilegal. Yang lebih gawat, penyedia jasa bukan hanya dokter atau bidan yang punya keahlian memadai untuk itu. Para dukun pun tak ketinggalan melakukan aborsi dengan teknik dan peralatan seadanya. Menurut data kasus aborsi di Indonesia yang dikumpulkan sebuah lembaga penelitian tentang keluarga berencana di New York, Amerika Serikat, dukun tradisional melakukan aborsi sebagian besar dengan pemijatan (79 persen). Sisanya menggunakan jamu (33 persen), alat lain (17 persen), dan obat (8 persen).

Praktek aborsi ilegal, terutama yang dilakukan sendiri atau oleh dukun tradisional, jelas mengandung risiko besar bagi keselamatan ibu. Salah-salah, nyawa menjadi taruhan. "Aborsi tidak aman memberikan kontribusi 10-20 persen angka kematian ibu di Indonesia," ujar Direktur Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat, Prof Azrul Azwar. Angka kematian Indonesia sendiri saat ini masih tergolong tinggi, 373 per 100 ribu kelahiran.

Lalu, bagaimana? Dalam beberapa seminar tentang aborsi, mulai bermunculan usul untuk menghapuskan praktek aborsi gelap dengan melegalkan aborsi yang aman, yang dilakukan oleh ahli yang terlatih dan kompeten. "Aborsi yang aman memang sudah merupakan suatu kebutuhan," kata Ketua Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI), Gulardi Wignjosastro.

Hanya, jika aborsi aman jadi diwujudkan, sejumlah aturan dan kriteria yang ketat mesti segera dibuat. Semua itu diperlukan untuk mencegah kemungkinan terjadinya penyalahgunaan profesi kedokteran. Bukan apa-apa, aborsi menjanjikan kemudahan mendapatkan fulus, yang bisa saja membuat dokter lepas kontrol menerjang etika profesi.

Untuk mencegah hal-hal semacam itu, Dr. Agus Purwadianto, Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) DKI Jakarta, mengusulkan pembentukan dewan sensor yang berwenang memutuskan boleh-tidaknya suatu aborsi dilakukan. Dewan ini beranggotakan sejumlah orang dengan latar belakang beragam, seperti ahli pemerintahan, hukum, dan etika, budayawan, serta psikolog. Sedangkan dokter tidak usah masuk menjadi anggota, tapi cukup menjadi tenaga profesional pelaksana aborsi. Keberadaan dewan itu penting, "Karena dokter bukanlah satu-satunya figur yang layak dipercaya untuk menyelesaikan masalah aborsi," katanya.

Memang, tidak semua pihak sepakat dengan usul Agus. Salah satu yang menolak adalah Azrul Azwar, yang juga Ketua Harian Persatuan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI). Malah, tegas-tegas ia menilai usul itu tidak masuk akal untuk diterapkan. Masa, orang yang mau melakukan aborsi mesti ke dewan dulu?

Sebagai alternatifnya, sebuah tim dari rumah sakit atau klinik dinilai cukup untuk menentukan boleh-tidaknya aborsi dilakukan. Untuk memberikan konseling, psikolog bisa dilibatkan di dalamnya. Agar aborsi yang aman tidak disalahgunakan, ia sepakat, izin untuk melakukan aborsi diberikan dengan seleksi yang sangat ketat.

Azrul menyebutkan, saat ini, pihaknya tengah mengajukan usul kepada Menteri Kesehatan tentang perlunya disediakan tempat aborsi yang aman. Usul itu merupakan hasil kesepakatan dari beberapa kali pertemuan Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat dengan organisasi wanita, profesi, dan keagamaan. Azrul berharap usul itu nantinya bisa ditetapkan lewat sebuah keputusan menteri. "Alternatif ini kita ajukan karena untuk merevisi KUHP dan UU Kesehatan butuh waktu lama dan susah," katanya.



tempo.co.id

Ramai-Ramai Bedah Caesar, Salah Siapa?

Trend bedah caesar semakin menjadi-jadi, sehingga Depkes menggelar audit. Dokter yang melakukan operasi ini tanpa indikasi medis akan dikenai sanksi


KOSMARIA termasuk "penggemar" bedah caesar. Telah tiga kali wanita 34 tahun ini melahirkan anak dengan bedah caesar. Ongkos operasi, yang Rp 9 juta, tak jadi soal baginya. Padahal, istri karyawan swasta ini mengakui bahwa hanya putra pertamanya, kini 8 tahun, yang secara medis membutuhkan caesar. Kelahiran berikutnya sebenarnya bisa melalui proses alami. Tapi, "Saya enggak mau ambil risiko," katanya, saat antre periksa dokter di sebuah rumah sakit bersalin di kawasan Jakarta Pusat.

Kosmaria hanya satu contoh. Selain dia, tak sedikit ibu hamil yang lebih suka memilih bedah caesar (sectio caesaria) ketimbang proses alami. Alasannya sering tak berhubungan dengan kondisi medis, misalnya takut sakit saat melahirkan, tak mau repot, atau sekadar ingin leluasa memilih tanggal kelahiran. Kelahiran alami, yang bisa mengeratkan kaitan batin antara ibu dan anak, justru menjadi pilihan alternatif.

Profesor Ahmad Djojosugito, Dirjen Pelayanan Medis Departemen Kesehatan, membenarkan maraknya trend caesar yang dilakukan tanpa indikasi medis. Laporan tentang hal ini datang dari berbagai perwakilan Persatuan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI). Secara umum, frekuensi bedah caesar terus menanjak. Bahkan, "Ada rumah sakit dengan tingkat bedah caesar sampai 60-80 persen," kata Ahmad.

Tentu saja angka tadi cukup mengejutkan. "Ini enggak masuk akal," kata Profesor Gulardi Wignjosastro, Ketua Umum POGI Pusat. Sebab, rata-rata kehamilan yang butuh caesar-misalnya karena bayi yang esktrabesar, posisi bayi sungsang, plasenta tidak sehat, atau ibu mengalami hipertensi--hanya sekitar 15 persen.

Sayangnya, sampai kini belum tersedia data memadai. Hal ini terutama karena tak ada kewajiban bagi rumah sakit dan klinik untuk melaporkan tindakan bedah caesar. Akibatnya, gambaran bedah caesar masih buram. Guna mencari kejelasan, pekan lalu Departemen Kesehatan bersama Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menggelar audit bedah caesar. Program diawali dengan pemeriksaan rumah sakit di Jakarta, dan selanjutnya akan digelar secara nasional.

Para auditor menurut Ahmad akan mengamati catatan medis para pasien. Dengan demikian, bisa diketahui apakah caesar dilakukan berdasar indikasi medis atau tidak. Bila dokter atau rumah sakit ketahuan gemar melakukan bedah caesar tanpa alasan kuat, Departemen Kesehatan dan IDI akan menjatuhkan sanksi. "Izin dokter itu bisa dicabut," ujarnya. Ahmad menyebut langkah ini untuk melindungi pasien dari tindakan medis yang tidak dibutuhkan.

Boyke Dian Nugraha, ginekolog yang bekerja di Rumah Sakit MMC, Kuningan, Jakarta, tak keberatan dengan audit ini. Namun, Boyke juga meminta agar persoalan caesar ditinjau lebih jernih. "Jangan semata-mata memvonis dokter," katanya.

Maraknya bedah caesar tak luput dari kemajuan teknologi. Sepuluh tahun lalu, persalinan caesar masih berstatus operasi yang berisiko tinggi. Perdarahan, infeksi, dan pembiusan yang tidak sempurna berisiko membahayakan jiwa ibu ataupun bayinya. Namun, kini kemajuan teknologi kedokteran sanggup menekan berbagai kesulitan. Alhasil, caesar menjadi operasi yang relatif aman dan tak menakutkan.

Teknologi pula yang membuat pasien mudah berpaling ke bedah caesar. Misalnya, menurut pemeriksaan ultrasonografi (USG), diketahui bahwa si bayi sedikit terlilit plasenta atau ari-ari. Sebetulnya, dengan upaya ekstra, bayi dalam kondisi itu bisa lahir secara alami. Tapi, banyak pasien tak mau ambil risiko dan memaksa dokter melakukan bedah caesar. "Kalau lahir alami dan terjadi sesuatu, saya akan menuntut Anda ke pengadilan," kata Boyke, menirukan ancaman seorang pasien. Hal semacam inilah yang membuat dokter terpaksa mengabulkan permintaan pasien.

Selain itu, tuntutan caesar juga sering hanya berdasar keinginan pasien untuk memiliki vagina yang utuh tanpa tergores kepala bayi yang lahir alami. Biasanya, menurut Boyke, keinginan seperti ini muncul dari kalangan artis atau pesohor yang ingin menjaga kepuasan seksual. "Banyak pasien tetap ngotot, meskipun saya jelaskan bahwa kepuasan seksual tidak dipengaruhi kondisi vagina," tuturnya.

Nah, berdasar kenyataan tadi, Boyke, yang juga konsultan seksologi, menilai pentingnya sosialisasi persalinan yang ideal. Para dokter hendaknya memaparkan baik dan buruk kelahiran alami ataupun caesar sehingga pasien memahami segala risikonya.

Pentingnya sosialisasi juga disuarakan Ketua POGI, Profesor Gulardi. Menurut dia, harus ditekankan bahwa bedah caesar tergolong tindakan operasi. Artinya, meskipun jarang terjadi, caesar tetap mengundang risiko seperti pembentukan fistula (saluran di antara kantung kemih dan vagina), atau bahkan kematian. Jadi, "Kalau bisa normal, enggak perlu minta caesar," katanya.


tempo.co.id

Tertawalah 400 Kali Sehari

Ketika anak-anak, Anda tertawa 400 kali sehari. Mengapa sekarang hanya 15 kali?


Senin ini jadi hari paling menegangkan bagi banyak orang. Mereka yang berada di DPR untuk mememokan Presiden bisa jadi kini sedang tertekan bukan main. Mitra tandingnya yang jago guyun, Presiden Wahid, mungkin sudah tak dapat bercanda. Bagaimana dengan Anda?

Anda, hendaknya, tak kehilangan humor. Tetaplah tertawa. Berbagai penelitian menyebutkan, tertawa baik untuk tubuh. Sebagian menunjukkan ia menyembuhkan. Lainnya memperlihatkan ia memelihara kesehatan.

Jika saat ini punya si kecil yang sedang sakit, cobalah resep ini: ajak ia tertawa. Jika punya pemutar VCD, putarkan video Donald Bebek atau video lucu yang paling ia suka -- tertawakanlah anjuran ini, karena tertawa memang sehat, tapi seriuslah memenuhinya.

Margaret Stuber, psikiatris UCLA Jonsson Cancer Center, menganjurkan resep ini dengan sangat serius. Basisnya penelitian yang baru saja berjalan, tapi hasilnya sudah menjanjikan.

Stuber, untuk diketahui, sejak beberapa bulan ke belakang sedang melakukan penelitian tentang humor dan daya penyembuhnya pada anak-anak yang akan memakan waktu 5 tahun. Yang diujinya penyakit sangat serius: kanker dan AIDS.

Menurut Stuber, hasil penelitian sementaranya menunjukkan tertawa meningkatkan kondisi fisik anak-anak yang menjadi subyek pengujiannya. Mereka lebih tahan stres dan, tak hanya itu, daya tahannya terhadap rasa sakit juga menguat hingga hampir 1,5 kali.

''Saya berharap akhirnya tertawa memang disetujui sebagai sebuah penyembuh. Dia tak hanya menolong mereka yang sakit sementara atau yang menderita stres, tapi benar-benar menolong membuat perbedaan untuk orang-orang yang bergelut dengan kesakitan jangka panjang,'' Stuber mengatakan.

Mungkin, tertawa justru lebih tepat diresepkan pada Anda. Sekali lagi, bukti jika tertawa itu sehat sesungguhnya sudah banyak ditemukan. Sejak dulu.

Salah satu yang legendaris adalah pengalaman Norman Cousins, mantan editor majalah Saturday Review. Dia menderita ankylosing spondylitis, sejenis penyakit yang terasa sakit terus-menerus -- siang dan malam. Tahun 1979 dia menulis di Anatomy of an Illness, tertawa sebelum tidur membantu ia sembuh. Penyebabnya: hanya setelah tertawa lepas ia bisa lelap.

Sementara itu, seperti diungkapkan dalam American Medical Association, pada Februari lalu para peneliti Jepang menemukan keampuhan tertawa dalam melawan alergi debu tungau. Penelitian lainnya atas sekelompok anak sekolah juga menemukan, mereka yang memiliki rasa humor tinggi lebih sedikit mendapat serangan demam dan penyakit infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) dibanding yang memiliki hanya sedikit rasa humor.

Tak heran, banyak peneliti meminta para dokter -- meski setengah bercanda -- untuk meresepkan tertawa kepada pasien. Para peneliti University of Maryland, AS, misalnya.

Para peneliti itu mengungkapkan, dokter seharusnya meresepkan sebuah dosis tertawa harian seperti mereka menganjurkan latihan dan diet rendah lemak kepada pasien. Tak menyebutkan berapa dosis yang mereka anjurkan, tapi sekedar perbandingan, seorang anak kecil tertawa 400 kali sehari dan Anda -- jika Anda dewasa -- hanya 15 kali atau kurang.

Mereka mengatakan, tertawa -- dan selera humor yang baik -- menjadi tameng ampuh untuk menahan serbuan serangan jantung. Sebaliknya, mereka yang tak tersenyum dalam situasi-situasi tegang atau tak nyaman, memiliki kemungkinan lebih besar untuk mengalami penyakit jantung.

Para peneliti memperoleh fakta tersebut setelah mewawancarai 300 orang subyek: 150 orang korban serangan jantung koroner, 150 lainnya sehat walafiat pada usia yang setara. Kepada setiap subyek ditanyakan bagaimana mereka bereaksi terhadap sejumlah situasi sehari-hari yang tak nyaman, seperti jika seorang pelayan menumpahkan minuman di pakaian.

Tim peneliti menemukan, korban jantung koroner biasanya akan marah atau paling tidak bersikap tak ramah -- bukannya tertawa atau memakai humor untuk keluar dari rasa malu pada situasi itu. Korban jantung koroner juga biasanya kecil kemungkinan untuk tertawa bahkan dalam situasi-situasi positif.

Para dokter percaya perbedaan itu penting, meski tak dapat menjelaskan mengapa tertawa dapat memberi perlindungan pada jantung dari penyakit.

Toh, sebelumnya sudah diketahui, stres berhubungan dengan endotelium. Stres membuat lapisan penghalang yang melindungi pembuluh-pembuluh darah itu terganggu dan cedera. Pada akhirnya, terjadi peradangan yang mengarah pada penimbunan lemak dan kolesterol dalam pembuluh-pembuluh jantung --- dan, ceklik, serangan jantung koroner pun terjadi.

Mereka yang tertekan, gelisah, atau stres juga lebih mungkin merokok, tak aktif secara fisik dan bergantung pada makanan yang kaya lemak. Juga alkohol. Perilaku itu, sudah lama diketahui meningkatkan risiko penyakit jantung.

Selain bersifat protektif, tertawa juga memberi efek seperti sebuah olahraga. Cukup dengan satu menit tertawa terbahak-bahak, demikian BBC Online mengutip Profesor Gunther Sickl, ahli gelotologi Berlin University, sama menyegarkannya dengan olahraga 45 menit.

Sickl mengungkapkan, ketika tertawa yang lepas, tak kurang dari 80 otot wajah bekerja sama. Pada saat yang sama, bahu, rongga dada, dan sekat rongga dada (diagfragma) juga berguncang. Setelah itu, detak jantung terpacu, tekanan darah meningkat, dan jumlah oksigen di darah bertambah karena nafas menjadi lebih cepat.

Setelah selesai tertawa, tekanan darah kembali turun, hormon-hormon stres berkurang, sementara endorfin otak yang menenangkan sudah dilepaskan ke otak. Akhirnya, seperti diungkapkan Stuber, kekuatan sistem imunitas meningkat.

Jadi, sekali lagi, biar saja Presiden atau siapapun tak bisa tertawa lagi. Yang penting jangan Anda. Saran Jaak Panksepp dan Jeffrey Burgdorf, keduanya dari Bowling Green State University di Ohio, cobalah seperti tikus yang selalu tertawa, karena tertawa toh bisa diakali.



tempo.co.id

Risiko Cantik dengan Plasenta

UNTUK mendukung karirnya, artis penyanyi Kris Dayanti agaknya tak cukup percaya diri dengan hanya mengandalkan suaranya. Pemenang kontes ajang penyanyi internasional Asia Bagus pada 1992 ini merasa perlu berjuang ekstrakeras untuk menyempurnakan penampilannya. Serangkaian jurus seperti diet ketat, akupunktur, dan pijat tanpa lulur dilakoninya hampir tiap hari. Belakangan, artis berusia 26 tahun ini juga menjalani suntik plasenta agar kulitnya tetap cantik mulus. "Perempuan mana yang enggak mau kulitnya bagus?" katanya.

Yanti--panggilan akrab penyanyi kelahiran Malang, Jawa Timur, ini--mengisahkan pengalamannya seusai melahirkan anak kedua, tahun lalu. Bobot tubuh yang melar memaksa Yanti berdiet dengan disiplin tinggi. Memang, badan istri penyanyi Anang ini kembali langsing. Namun, akibat sampingnya, kulit Yanti menjadi kering dan kusam tak berseri.

Kebetulan, seorang teman menghadiahkan satu paket produk suntik plasenta. Yanti pun tak ragu mencoba. Seorang dokter datang ke rumah Yanti dan membantu menyuntikkan plasenta. Acara rutin ini berlangsung sampai 50 hari. Hasilnya? "Kulit jadi kencang dan kenyal. Semuanya terasa fresh," katanya. Lantaran puas dengan hasilnya, Yanti kini rajin mengulang terapi suntik plasenta tiap tiga bulan sekali.

Kisah sukses Yanti segera meluas. Tak sedikit artis yang, menurut Yanti, berminat mengikuti jurus plasenta. Di berbagai forum pertemuan, misalnya pengajian atau arisan, ibu-ibu juga membincangkan keampuhan suntik plasenta yang sudah dibuktikan Kris Dayanti.

Apakah pengguna plasenta langsung melonjak seiring dengan kisah Kris Dayanti? Memang, belum tersedia data rinci untuk memastikan hal ini. Namun, pengelola Meicy International Skin Care Center, Jakarta, mengakui bahwa produk plasenta--berupa suntikan, pil, krim, dan cairan--kini makin laris. Konsumen harus sabar menunggu sebulan untuk mendapatkan produk plasenta yang mereka pesan--yang harus didatangkan dari luar negeri. Fenomena serupa terjadi di Butik Gaudhi, Jakarta. "Konsumen paling suka plasenta yang berbentuk suntikan karena efeknya diyakini lebih cepat terasa," kata Yana, karyawan butik itu.

Wresti Indriani, dokter spesialis kulit dari Klinik Pasutri, Jakarta, juga membenarkan adanya peningkatan pengguna plasenta. Namun, statistik yang komplet sulit didapat mengingat banyak juga konsumen yang memilih plasenta bentuk cairan yang bebas dibeli di salon atau klinik kecantikan. "Cara ini tidak repot. Konsumen tak perlu berkonsultasi dengan dokter seperti halnya suntik plasenta," kata Wresti. Harga yang mahal, satu paket suntikan Rp 15 juta, pun tak menyurutkan niat konsumen berburu terapi plasenta.

Plasenta atau ari-ari, menurut Wresti, pantas sebagai pilihan untuk menjaga penampilan. Tidak seperti silikon, yang merupakan bahan kimia, plasenta murni bersumber dari bahan alami yang lebih mungkin diterima tubuh. Lagi pula, sebagai penyalur sari makanan dari ibu kepada janin, plasenta kaya beragam protein dan vitamin. Ari-ari juga mengandung antioksidan yang bisa mengusir sampah-sampah metabolisme tubuh. Selain itu, hidroksiprolin, bahan aktif dalam plasenta, berfungsi meningkatkan keluwesan sel-sel fibrin dan kolagen yang menyusun jaringan kulit. Walhasil, kulit kembali kencang, mulus, dan pori-pori mengecil. Olesan krim ekstrak plasenta tiap hari selama satu minggu, misalnya, bisa menciutkan pori-pori kulit wajah sampai 80 persen.

Sebenarnya plasenta bukan pendatang baru di dunia kosmetik. Sejak ribuan tahun silam, para tabib Cina meresepkan plasenta untuk ramuan pencegah penuaan, memperbaiki kondisi tubuh, dan meningkatkan kesuburan pria ataupun wanita.

Pada 1931, plasenta biri-biri diketahui bisa dipecah dalam ukuran yang ekstrakecil sehingga memungkinkan terserap tubuh secara efektif. Industri kosmetik pun menangkap peluang ini. Plasenta biri-biri dibekukan, diproses dengan sinar ultraviolet, dan dikemas untuk konsumsi pasar.

Selanjutnya, pada 1943, Profesor Yamato, ahli kebidanan dan kandungan dari Fakultas Kedokteran Universitas Kyoto, Jepang, berhasil mengekstrak zat aktif dalam plasenta yang disebut vita-X. Zat inilah yang bekerja secara sistemis, masuk ke dalam aliran darah, mempengaruhi seluruh metabolisme tubuh. Vita-X bertugas merangsang pertumbuhan sel muda, menggusur sel yang sudah uzur, dan meningkatkan kebugaran tubuh.

Namun, khasiat plasenta tidak datang dalam sekejap. Plasenta harus dikonsumsi agak lama untuk bisa mendatangkan manfaat optimal. Volume yang dibutuhkan bergantung pada kondisi setiap konsumen. "Ada yang cuma butuh satu, sedangkan yang lainnya butuh lebih dari satu paket," kata Wresti. Dokter ahlilah yang akan membantu konsumen menakar kebutuhan plasenta yang tepat.

Dosis yang umum digunakan, satu serial suntikan, di lengan atau di pantat, perlu waktu 10-20 hari. Bila tak mau cara suntikan, konsumen bisa memilih cairan plasenta, Rp 7,5 juta tiap paket, yang diminum sehari dua ampul selama satu bulan. Pilihan lain adalah pil plasenta, Rp 4,5 juta per paket, yang diminum empat butir tiap hari selama tiga bulan. Sedangkan bila konsumen memilih krim plasenta, harganya "hanya" Rp 1,25 juta tiap paket, dioleskan di wajah dua kali seminggu sembari facial atau cuci muka.

Memang keinginan konsumen sangat beragam. Demi mendapatkan hasil yang instan, ada pula yang memilih konsumsi plasenta dalam jumlah besar dan tempo yang singkat. Dr. Gilbert Ng, ahli kimia dari Universitas Columbia, misalnya, menggambarkan demam suntik plasenta yang melanda kalangan bintang Hollywood. Satu serial berharga US$ 20 ribu (Rp 240 juta dengan kurs Rp 12 ribu per dolar AS) terdiri atas delapan suntikan yang digeber dalam dua hari. Seusai penyuntikan yang intensif ini, pasien biasanya langsung demam dan harus beristirahat total dua hari.

Efek yang muncul memang dramatis. Sang artis tampak jauh lebih muda dari usia sebenarnya. Kulit para bintang ini terlihat kencang dan bebas dari kerutan. Namun, manfaat ini tak bertahan lama. Beberapa bulan kemudian, tubuh dan wajah si artis akan kembali menua. Walhasil, demi menjaga penampilan, para artis harus rela bergantung pada serial penyuntikan yang terus berulang.

Apakah suntikan berulang-ulang itu tidak berbahaya? Menurut Edwin Djuanda, Wakil Direktur Medis Jakarta Skin Center, manfaat plasenta sebetulnya belum teruji dengan patokan medis yang ketat. Berdasarkan pengalaman Edwin, terapi plasenta tidak memberikan hasil yang signifikan bagi peremajaan kulit. Plasenta tak lebih dari sekadar produk suplemen makanan yang mengandung vitamin dalam konsentrasi tinggi. "Khasiatnya tidak sedahsyat yang digembar-gemborkan klinik atau salon," kata Edwin, yang juga Ketua kelompok Studi Bedah Kulit Indonesia, Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit Indonesia (Perdoski).

Karena itu, Edwin juga merisaukan kurang ketatnya pengawasan produk-produk kosmetik. Kelonggaran seperti ini membuka kemungkinan beredarnya produk plasenta dari manusia yang mungkin tidak diproses dengan steril. Ia curiga, produk dari Cina yang harganya lebih murah--bisa sampai 60 persen dari produk-produk Barat--boleh jadi diambil dari ari-ari manusia. Produk semacam ini, katanya, berisiko menularkan bibit penyakit berbahaya seperti HIV/AIDS dan hepatitis.

Selain itu, Edwin mengkhawatirkan kemungkinan terjadinya kesalahan prosedur penyuntikan pada salon-salon yang berstandar kesehatan rendah. Plasenta semestinya disuntikkan pada jaringan otot. Namun, tenaga yang tidak terlatih mungkin saja sekadar menusukkan jarum suntik di lapisan bawah kulit. Padahal, tindakan ini bisa mengundang bahaya. Plasenta atau zat asing lain yang masuk akan menggumpal, yang disebut emboli. Gumpalan ini berjalan mengikuti aliran darah sehingga akhirnya bisa memblokir aliran darah dari dan menuju organ vital seperti jantung dan paru-paru. Akibatnya, pasien berisiko meninggal dalam waktu 24 jam setelah penyuntikan.

Kasus kematian Christin Yulianti, 25 tahun, menurut Edwin, juga tak lepas dari kekeliruan penyuntikan. Akhir Maret lalu, warga Surabaya ini meninggal sehari setelah menjalani penyuntikan silikon cair di kedua payudaranya. Memang, secara medis, silikon cair berstatus berbahaya bila disuntikkan ke dalam tubuh. Namun, dampak mematikan ini terjadi perlahan-lahan dan tidak muncul dalam hitungan jam. Karena itu, "Saya menduga, ada kesalahan prosedur penyuntikan sehingga terjadi emboli," kata Edwin.

Berkaitan dengan risiko mematikan tadi, Edwin menyarankan agar konsumen lebih waspada memilih produk perawatan kulit. "Konsultasikan dengan dokter ahli secara mendalam untuk menimbang baik dan buruknya terapi perawatan," katanya. Yang pasti, Edwin menekankan, olahraga, rajin menyantap sayur dan buah segar, serta pintar mengelola stres tetap menjadi resep utama untuk sehat dan tampil prima.



tempo.co.id

Otak Sang Penjudi

Bagian kanan merespons kemenangan, bagian kiri merespons kekalahan


Saat seseorang berjudi, otak bertabiat aneh. Ketika mengharapkan kemenangan, otak berlaku seperti ketika pemadat tengah menyuntikkan kokain: hemisfer otak sebelah kanan menyala. Sebaliknya, ketika dia waswas karena membaca kekalahan, hemisfer otak sebelah kiri yang menyala.

Para peneliti Massachusetts General Hospital mengungkapkan temuan itu. Mereka mengungkapkan di jurnal Neuron edisi 24 Mei, bagian otak yang merespons adanya kemungkinan menang saat berjudi sama dengan yang terlihat ketika otak merespons suntikan kokain dan morfin.

Untuk melakukan penelitian tersebut, para peneliti memantau otak 12 pria menggunakan magnetic resonance imaging (MRI). Alat ini memetakan respons otak mereka ketika aktif dalam permainan yang mempertaruhkan uang mereka di meja rolet.

Sebelumnya, kepada tiap partisipan diberikan masing-masing US$ 50 sambil dikatakan bahwa itu uang mereka yang bisa bertambah tapi juga bisa hilang.

Mereka menemukan, aliran darah ke otak berubah dengan cara yang sama seperti ketika masuknya kokain pada pecandu atau morfin dosis rendah pada individu yang bebas obat itu.

Perubahan bervariasi sesuai dengan jumlah uang yang dipertaruhkan. Makin banyak uang yang pertaruhkan, makin bergairah mereka.

Respons utama untuk menang, atau adanya prospek untuk menang, diperlihatkan oleh hemisfer kanan otak, sedangkan hemisphere kiri lebih aktif untuk merespon kekalahan. Abnormalkah otak mereka? Kata pimpinan tim peneliti Dr. Hans C. Breiter, tidak. ''Kesesuaian aktivitas otak penjudi dan pemadat obat bius itu mengindikasikan bagian sirkuit itu dipergunakan untuk memproses kemenangan atau kekalahan yang memiliki bermacam-macam konsekuensinya,'' katanya.

Walau begitu, mungkin juga ada abnormalitas. Bagaimanapun, para pecandu judi memang kelihatan tak normal.

Ketagihan Judi

Judi kemungkinan besar mengubah kadar hormon dalam tubuh. Selanjutnya, seperti obat bius, mereka pun ketagihan. ''Sama seperti rokok, minuman keras, dan obat bius,'' papar Dr. Gerhard Meyer, peneliti University of Bremen, Jerman.

Meyer dan timnya sampai pada kesimpulan tersebut setelah memantau perubahan fisik yang terjadi pada 10 penjudi yang menjadi sukarelawan penelitian dan diminta memainkan kartu black jack.

Kepada mereka, para peneliti mengukur perubahan detak jantung dan tingkat hormon stres kortisol dalam air liur. Ternyata, baik detak jantung maupun konsentrasi kortisol terlihat meningkat secara signifikan.

Meyer mengungkapkan, penelitian itu tak memberikan bukti yang pasti bahwa orang bisa ketagihan judi. Ini karena tak ada bukti bahwa peningkatan kadar kortisol memiliki dampak pada zat kimia kunci di otak seperti dopamin. Meski begitu, dia menyangka hal itu terjadi karena para penjudi itu melaporkan adanya peningkatan perasaan euforia (rasa gembira yang berlebihan) ketika mereka memasang taruhan.

Euforia mereka mirip para pecandu obat-obatan yang berasal dari dopamin dan serotonin. Dopamin akan dilepaskan lebih banyak ketika obat dikonsumsi dibandingkan biasanya.

Wanita dan Judi

Yang tampak di film-film itu, yang memperlihatkan wanita sedang asyik berjudi, sesuai dengan kecenderungan yang sesungguhnya. Sebuah penelitian yang dipimpin Dr. Hermano Tavares, pakar University of Sao Paulo, Brazil, mengungkapkan wanita 3 kali lebih mudah tergoda untuk berjudi dibanding pria.

Meski begitu, mereka memiliki latar belakang dan cara mengejawantahkan kecenderungan itu dengan cara yang berbeda dari penjudi pria. Tak seperti pria, wanita berjudi dengan alasan ingin menghindari persoalan, ingin sendirian, atau baru mulai berjudi ketika usia mereka beranjak tua.

Alasan-alasan itu, tampaknya, membuat temuan ini tak bertentangan dengan data judi patologis. Kecanduan judi atau dikenal sebagai judi patologis diketahui lebih banyak terjadi pada pria (umur mereka antara 21 hingga 55 tahun) dan diidap oleh sekitar 1 hingga 4 persen anggota masyarakat. Pecandu judi wanita hanya sepertiganya.

Otak Suka Kejutan

Mengapa melakukan sesuatu hal kecil yang tak diharapkan menjadi kenikmatan yang begitu berarti?

Ternyata, itulah yang disukai otak. Tampaknya pusat kenikmatan otak lebih "hidup" ketika mengalami hal-hal nikmat yang tak terduga sama sekali, dibanding jika kenikmatan itu telah diharapkan sebelumnya. Kesimpulan ini, seperti hasil temuan mengenai gambaran baru respons otak terhadap kejutan yang dipublikasikan Journal of Neuroscience edisi April 2001.

Para peneliti di Emory University dan Baylor College of Medicine yang menemukan fenomena ini.

"Saat otak menemukan kenikmatan tak terduga, maka akan timbul perasaan yang memuaskan melebihi kenikmatan yang dapat diduga. Hal ini sama rasanya dengan ketika orang dapat mengatakan apa yang ia senangi," kata Dr. Gregory Bern, pimpinan penelitian itu.


tempo.co.id

Perempuan Perokok Rentan Terhadap Penuaan Dini

Perempuan yang memiliki kebiasaan merokok rentan terhadap penuaan dini. Hal ini disebabkan karena asap rokok menyebabkan kulit menjadi cepat kering sehingga proses pengelupasan dan peremajaan kulit sulit terjadi. Demikian diungkapkan oleh Lanny Yuniarti, pakar kecantikan dari Surabaya, dalam Seminar Seks dan Kecantikan yang diselenggarakan di hotel Dusit Balikpapan, Minggu (29/7).

Lanny menyatakan bahwa selain merokok, stress yang berkepanjangan juga akan mempengaruhi proses penuaan. "Perempuan yang memiliki kebiasaan merokok dan sering stres kemungkinan besar kulitnya akan cepat kering dan berkerut, sehingga nampak menjadi tua," ujar Lanny.

Pencegahan yang dapat dilakukan agar tidak terjadi penuaan dini, menurut Lanny, adalah dengan mempercepat proses pengelupasan kulit. Proses pengelupasan kulit tersebut dapat dilakukan dengan memoleskan larutan bahan aktif atau biasa disebut dengan lulur (chemical peeling) atau juga melalui olahraga secara rutin.

Berdasarkan pengalaman dari penyanyi Memes, chemical peeling yang dilakukannya setiap hari, ternyata membuahkan hasil yang memuaskan. "Pada usia saya yang tidak muda lagi, kondisi kulit wajah saya masih muda,"jelas Memes.

Lanny juga menjelaskan banyak orang yang kurang memahami bahwa pengelupasan kulit dapat mencegah penuaan dini. Mereka mengira bahwa pengelupasan kulit malah akan membahayakan kulit.

Selain dua hal diatas, penuaan dini juga dapat terjadi karena beberapa hal. Antara lain sinar matahari, pemakaian pelembab secara berlebihan dan pemakaian kosmetik yang tidak tepat.

Lanny mengingatkan, kulit wanita sangat sensitif terhadap bahan aktif, sehingga harus hati-hati dalam menggunakan produk kosmetik. Oleh sebab itu, kalau perlu, sebelum menggunakan salah satu produk kosmetik, kaum wanita berkonsultasi terlebih dahulu kepada pakar kecantikan.


tempo.co.id

Sel Tunas di Simpang Debat

Ilmuwan Amerika menciptakan pabrik janin untuk merintis revolusi pengobatan. Tapi Paus menilai penelitian massal itu sebagai pembantaian


HARAPAN dan kecemasan melingkupi Christopher Reeve. Bintang film Superman yang lumpuh akibat kecelakaan itu mendambakan lampu hijau dari Presiden Amerika Serikat George Bush, lampu yang akan membuka gerbang riset stem cell atau sel tunas dari janin manusia. Nantinya, sel tunas menjadi semacam induk yang menghasilkan ratusan sel lainnya untuk menggantikan bagian tubuh manusia yang rusak karena penyakit.

Bila penelitian sel tunas bisa sukses, tentu akan terjadi revolusi pengobatan untuk pelbagai penyakit, seperti Parkinson, Alzheimer, kanker, gagal jantung, dan juga kelumpuhan seperti yang telah enam tahun disandang Reeve. Tak aneh bila Reeve di hadapan Kongres Amerika, pekan lalu, sampai berkata, "Bila setiap orang bekerja sama, sepuluh tahun lagi saya akan terbebas dari kursi roda ini."

Sesungguhnya, sang Superman tak sendirian. Setidaknya aktor Michael J. Fox, yang menderita Parkinson, dan mantan presiden Ronald Reagan, yang terkena Alzheimer, punya harapan senada. Demikian pula jutaan penyandang penyakit serius yang sampai kini belum memperoleh obat jitu.

Agaknya, teknologi stem cell, yang berkembang sejak awal 1990-an, layak menjadi tumpuan harapan. Sel tunas, yang terdapat pada janin, sumsum tulang belakang, dan ujung usus buntu, merupakan sel induk yang bisa berubah menjadi sedikitnya 220 tipe sel penyusun tubuh. Sel tunas berkembang membentuk sistem saraf, paru-paru, jantung, darah, sampai kulit.

Potensi berubah itulah yang membuat stem cell laksana obat ajaib. Pencangkokan sel tunas menghasilkan regenerasi sel tanpa efek samping. Pada organ tubuh yang rusak dan diberi cangkokan sel tunas akan tumbuh sel-sel baru yang segar dan siap bermetabolisme.

Namun, perkembangan teknologi stem cell belum menggembirakan. Soalnya, para ilmuwan belum menemukan sumber stem cell ideal untuk dipanen besar-besaran. Sel tunas pada orang dewasa, misalnya dari sumsum tulang belakang dan usus buntu, ternyata punya kemampuan berubah yang masih terbatas.

Sumber sel tunas paling subur, tak dimungkiri, ya, dari janin manusia. Persoalannya, tentu ini amat serius, bagaimana mungkin membunuh bibit kehidupan itu sekalipun untuk kepentingan medis. Untuk itu, para ilmuwan mengupayakan janin yang mati karena aborsi dan embrio yang "terbuang" pada proses seleksi bayi tabung.

Tapi, lagi-lagi, kedua sumber sel tunas itu belum bisa memenuhi kebutuhan massal. Alhasil, muncullah terobosan kontroversial dengan membangun "pabrik" janin. Proyek itu dilakukan Susan Lanzendorf dan Gary Hodgen serta koleganya dari Jones Institute for Reproductive Medicine, di Norfolk, Virginia, Amerika.

Awalnya, tim Lanzendorf merekrut 12 perempuan sebagai donatur sel telur, dengan imbalan US$ 1.500 sampai US$ 2.000 per orang. Para donatur bersedia mengonsumi obat-obatan untuk melipatgandakan produksi sel telur mereka. Sampai awal Juli 2001, terkumpul sebanyak 162 sel telur.

Dengan teknik pembuahan in vitro seperti pada bayi tabung, sel-sel telur lantas dibuahi sel sperma yang juga diambil dari donor. Belakangan, eksperimen itu sukses "menciptakan" 50 janin yang segera dibekukan dan siap dipanen setiap saat.

Ternyata, pabrik janin Institut Jones memicu gelombang pro-kontra sedunia. Sampai-sampai Kongres Amerika membahasnya secara maraton selama beberapa pekan terakhir ini.

Kelompok pendukung proyek sel tunas menuntut agar pemerintah Amerika aktif mendanai riset tersebut. "Penelitian ini terlalu penting untuk dipasrahkan kepada ilmuwan dan lembaga riset swasta," tutur Mary Hendrix, ahli biologi dari Federation of American Societies for Experimental Biology. Kalau pemerintah bersikap pasif, tak mustahil malah terjadi penyimpangan riset sel tunas yang membahayakan kehidupan.

Boleh jadi riset stem cell sebagai proyek menjanjikan akan terus berlangsung meski tak disetujui pemerintah Amerika. Kalau itu terjadi, bisa-bisa ilmuwan Amerika rame-rame hijrah ke Eropa, yang membolehkan eksplorasi riset embrio. Buntutnya, Amerika akan kehilangan supremasi riset bergengsi.

Toh, kubu yang kontra tetap berpendapat bahwa produksi embrio untuk terapi stem cell merupakan pembunuhan makhluk hidup. Bahkan, Paus Johannes Paulus II di Roma menyerukan agar Presiden Bush menolak riset dimaksud. "Pembantaian calon manusia, meski untuk menolong manusia lainnya, adalah tindakan yang tak bisa diterima," kata Paus.

Tampaknya, Presiden Bush masih terombang-ambing di simpang pro-kontra. "Ini bukan keputusan yang mudah," ujar Bush. Tinggallah Reeve sang Superman yang harus menunggu.



tempo.co.id

Waspada Terhadap Minuman Berenergi

Minuman berenergi yang konon akan membuat ‘joss,’ jika diminum oleh penderita penyakit tertentu atau diminum secara berlebihan bisa mengakibatkan ‘ngos’ bahkan kematian. Demikian diungkapkan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Sampurno, saat diminta pendapatnya soal minuman berenergi di Jakarta, Selasa (31/7).

Sebagaimana diketahui, harian Malaysia The Star, memuat berita larangan peredaran dua jenis minuman berenergi merek Red Bull (yang di Indonesia dikenal dengan Kratingdaeng), menyusul tewasnya tiga warga Swedia akibat mengkonsumsi minuman berenergi tersebut.

Sampurno mengatakan bahwa minuman bernergi yang beredar di sini dinyatakan aman bagi kesehatan, asalkan memiliki izin operasional dan edar dari BPOM. Kendati demikian, dia mengingatkan agar minuman berenergi dikonsumsi sesuai dengan petunjuk pemakaian yang ada. Contohnya, produk minuman itu hanya dikonsumsi oleh orang sehat --tidak memiliki penyakit gula, jantung dan kanker--, diminum sesudah makan, paling banyak sehari tiga botol, dan tidak boleh dicampur dengan jenis minuman beralkohol.

Konsumen yang mengkonsumsi minuman berenergi dengan melanggar petunjuk pemakaian yang ada sehingga mengakibatkan sakit, bahkan meninggal dunia, tidak dapat menyalahkan pihak produsen minuman. Misalnya, konsumen yang sensitif terhadap kafein, seperti penderita gula, hipertensi dan jantung. Karena ingin ‘joss,’ sehabis bekerja keras atau berolahraga, kemudian mengkonsumsi minuman berenergi –seperti Kratingdaeng--terlalu banyak, bisa mengakibatkan nyeri lambung dan bahkan bisa meninggal.

Menurut Sampurno, minuman berenergi merek Kratingdaeng telah diproduksi di Indonesia mulai 1990-an dengan komposisi protein, karbohidrat, vitamin dan kafein sebanyak 50 mg. Kafein sejumlah itu setara dengan satu gelas kopi, sehingga seseorang hanya dibolehkan mengkonsumsi minuman berenergi itu paling banyak tiga botol sehari.

Karena itu, jika dalam label kemasan minuman berenergi belum dicantumkan peringatan keras terhadapi penderita penyakit gula, darah tinggi dan jantung, serta mengkonsumsi melebihi tiga botol per hari, akan diberi peringatan keras oleh BPOM


tempo.co.id

Kamera Aura Bermula dari Rusia

Kamera yang disebut dengan istilah kamera Kirlian atau kamera aura ini adalah hasil penemuan Semyon dan Valentina Kirlian. Pada saat pertama ditemukan, kamera yang juga dikenal dengan sebutan bio feed back camera ini baru bisa merekam warna hitam dan putih saja.

Percobaan pertama fotografi aura dilakukan oleh seorang ilmuwan Rusia, Nicola Tesla, pada 1890. Namun baru 70 tahun kemudian fotografi aura ini disertakan dalam penelitian kekuatan ilmu batin di negara yang sama. Popularitas fotografi aura meningkat saat Universitas California di Los Angeles mengukur aura dengan tepat melalui pengembangan teknologi yang ditemukan Kirlian dan memakainya sebagai informasi awal sebelum melakukan terapi alternatif dunia kesehatan pada tahun 1975. Sedangkan kamera aura yang berkembang di Indonesia saat ini adalah hasil pengembangan Guy Coggin, seorang ilmuwan dari Progen Ci, Redwood City, California.

Proses pemotretan dilakukan dengan mendudukkan seseorang pada kursi yang disediakan. Di kursi itu terdapat dua bantalan untuk tangan yang dipermukaannya terdapat plat-plat logam yang ukurannya disesuaikan dengan rata-rata ukuran jari-jari tangan manusia. Tubuh bagian depan terlebih dahulu dilapisi dengan kain hitam. "Gunanya untuk menyerap cahaya yang dihasilkan sebuah lampu berkekuatan 100 watt ini," ujar King Budiman, seorang konsultan warna, menunjuk sebuah lampu pijar yang berada di sebelah kanan kamera aura.

Plat-plat logam pada bantalan tangan itu dihubungkan dengan dua buah peranti lain, yang pertama dengan sebuah generator bertegangan tinggi untuk merekam pancaran gelombang elektromagnetik dari roda cakra (titik-titik cakra) yang terdapat di jari-jari. Hasil rekaman ini dikirim ke film negatif kemudian dicetak ke dalam sebuah foto, mirip dengan metode kamera polaroid, atau foto langsung jadi.

Sementara yang satunya lagi dihubungkan dengan komputer untuk menerjemahkan hasil pengamatan warna-warna yang terekam di foto itu dengan bahasa tulisan, berdasarkan peranti lunak yang dikembangkan oleh Progen Co., dari Amerika Serikat, yang telah dipatenkan dengan nomor 990110.

Kamera akan bekerja menerjemahkan gelombang elektromagnetik menjadi warna-warna dalam kurun waktu lima sampai 15 detik, tergantung pada ciri gelombang elektromagnetik masing-masing pasien. "Yang cepat sekali itu kalau auranya merah, karena gelombangnya seperti gunung-gunung, sementara yang lambat, adalah gelombang hijau ke bawah, karena gelombangnya halus seperti cacing," ujar King lagi.

Pada saat yang hampir bersamaan, komputer mencetak hasil analisisnya. Hasil analisis ini adalah berupa gambaran tertulis mengenai kepribadian dan kondisi kesehatan kita dan bagaimana solusi yang harus dilakukan. Jika Anda ingin tahu lebih lanjut soal kamera ini, silakan klik www.kirlian.org.





tempo.co.id

Awas... Fast Food

Bayangkanlah sebuah burger tersaji di hadapan Anda. Daging yang empuk dan hangat, sayuran yang segar, dan hadiah-hadiah yang membuat anak-anak berloncatan girang. Ehmmm... asyik dan sedap.


Di belakang daya pikat dan enaknya burger itu sesungguhnya tersimpan cerita yang mengerikan dan bahkan mungkin membuat Anda mual. Eric Schlosser dalam buku Fast Food Nation mengungkapkan semua kebobrokan industri makanan cepat saji. Intinya, berhati-hatilah ketika makan fast food.

Schlosser, seperti dikutip Washington Post, menghabiskan waktu hampir tiga tahun untuk meneliti dengan cermat industri fast food. Dari rumah penjagalan hewan, masalah kemasan, upah minimum pekerja-pekerja yang memasaknya, sekaligus iklan televisi yang memikat anak-anak untuk menyantapnya dengan iming-iming hadiah dan permainan berwarna. Pengalaman ini membuatnya terkejut dan marah.

Kemarahan dan kekecawaannya itu membuatnya tak lagi menyantap daging sapi instan. Bahkan anak-anaknya, yang berusia 8 dan 10 tahun dilarang memakan burger sekolah mereka dan Happy Meals yang biasanya mereka santap sambil bersenang-senang. "Mereka tak bahagia dengan hal ini," ujarnya, "tapi sebagai orang tua, kamu harus tahu apa yang kamu santapkan untuk anak-anak."

Schlosser, 41, berbicara pelan tapi mendalam. Dia bertubuh ceking seperti pelari. Mengenakan jas wol, dasi merah, kemeja putih dengan manset perak dan jins warna gelap, wartawan investigasi ini terlihat seperti seorang profesor di kuliahnya. Tapi ketika dia berbicara tentang bukunya, dia nampak sebagai seorang pria bersemangat yang mempunyai sisi kehidupan mengerikan.

Sebelum memulai proyeknya, dia memberi sedikit pemikiran tentang fast food. Ketika majalah Rolling Stone menanyainya di tahun 1997 untuk menulis sebuah artikel yang melihat Amerika melalui fast food, dia menyatakan ingin menulis sesuatu yang "tawar dan riang" -- seperti cerita mendalam yang telah ia lakukan untuk Atlantic Monthly tentang cerita dampak mariyuana dan petani migran California. Ketika dia memulai, dia menemukan sebuah perbedaan pandangan.

Dalam Fast Food Nation (Houghton Mifflin, US$ 25), Schlosser, yang mempunyai latar belakang sarjana dari Princeton, melihat fast food dari perspektif sejarah. "Sangat esensial bagiku, pertumbuhan fast food adalah sebuah sejarah Amerika setelah Perang Dunia II," ujarnya.

Bukunya menelusuri fast food dari permulaannya di tahun 1948 dengan berdirinya hamburger milik McDonald bersaudara di Los Angeles sampai sekarang. Apa yang menyulitkannya adalah perluasan pengaruh dimana fast food tak hanya membawa kebiasaan makan kita tapi juga kekuatan pekerja Amerika, daratan, budaya dan bagaimana makanan tersebut diproduksi. "Fast food bukanlah sumber dari semua penyakit tersebut, tapi pandangan dangkal dari industri, mentalitas rakus yang menyebabkan banyak konsekuensi yang tak penting," ujarnya.

Pendapat tersebut tentu saja dibantah pihak industri fast food. Terrie Dort, presiden dari National Council of Chain Restaurants, asosiasi perdagangan yang mewakili rangkaian fast food besar di Amerika, mengeluarkan pernyataan, "Hal yang patut disayangkan bahwa buku Schlosser, Fast Food Nation mengkategorisasi seluruh industri fast food dalam sejenis pandangan negatif. Perusahaan-perusahaan restoran yang terdiri atas pegawai industri sampai seratus dari ribuan pekerja di seluruh negeri telah menyediakan konsumen variasi luas dalam pilihan menu dan harga. Kami mengambil pengecualian terhadap karakterisasi dalam buku tersebut."

Meskipun demikian, 'penghinaan' Schlosser telah mengarahkan tidak hanya bagi eksekutif fast food dalam asosiasi tersebut dalam hal industri pemaketan makanan dan apa yang disebutnya resisten yang telah barjalan lama dari mandat pemerintah terhadap praktek keamanan makanan. "Aku tak pernah menemui secara langsung bisnis mana pun yang mengoperasikan bisnisnya secara tak pantas dan tak menyesal dengan akibatnya," kecam Schlosser.

Rata-rata orang Amerika, kata Schlosser, memakan burger tiga kali seminggu. Dua sampai tiga kali dari burger itu datang dari tempat-tempat fast food. Tahun lalu, orang Amerika menghabiskan 110 juta dolar untuk fast food, lebih dari pengeluaran mereka untuk pendidikan tinggi, komputer pribadi, software komputer, bahkan mobil baru.

Apa yang telah ditemukan Schlosser dari burger-burger itu, sehingga ia begitu sengit melawan industri makanan capat saji? Menurut riset Schlosser, satu bagian dari daging-daging sapi itu terbuat dari sisa ternak sapi penghasil susu, hewan-hewan yang kebanyakan telah terkena penyakit dan terlubang-lubangi dengan residu antibiotik. Dan kebanyakan ternak yang tampaknya secara alami memakan tumbuh-tumbuhan ternyata diberi makanan sampah hewani, termasuk rusa mati, lembu mati dan kucing atau anjing dari penampungan hewan.

Pemerintah federal melarang praktek ini di tahun 1997 karena kekhawatiran terhadap 'wabah sapi gila', tapi regulasi baru-baru ini masih mengizinkan babi dan kuda mati, diikutkan dengan unggas mati dan sampah unggas dan darah sapi, menjadi makanan sapi tersebut. (Dan awal tahun ini, sebuah inspeksi di tempat penampungan makanan di Texas menemukan beberapa lembu memakan makanan ilegal yang mengandung daging dan tulang, meskipun dilarang.)

Schlosser, yang telah dibawa secara rahasia, dalam sebuah tur malam hari ke rumah-rumah pemotongan hewan, menulis hal-hal faktual dalam bukunya tentang darah sedalam pergelangan kaki di lantai dan bau busuk yang menyengat dari pupuk, mengeluarkan isi perut hewan dan memotong bangkai dengan tarif 300 dolar sejam. Dia mencatat bahwa pemrosesan tumbuhan modern dapat memproduksi 800 ribu pounds hamburger setiap hari. Satu buah burger fast food, menurut Schlosser, dapat mengandung bagian dari satu lusin, bahkan ratusan, dari sapi-sapi yang berbeda.

Ia juga menulis berkembangnya patogen-patogen mematikan dari kotoran atau sapi yang terinfeksi dapat menyebabkan penyakit yang berhubungan dengan makanan --dan kematian-- setiap tahun. Pusat Kontrol dan Pencegahan Penyakit di AS baru-baru ini mengestimasikan bahwa setiap hari 200 ribu orang sakit karena keracunan makanan, 900 dirawat di rumah sakit dan 14 orang meninggal.

Lester Crawford, kepala Pusat Peraturan Makanan dan Nutrisi di Universitas Georgetown dan mantan inspektur Departemen Pertanian, mengatakan dirinya membaca hanya "guntingan" dari buku Schlosser tapi menyebutnya sebagai "kritik mendalam yang baik."

Dia percaya bahwa masih terdapat beberapa kemajuan besar dalam prosedur pengamanan makanan dalam 15 tahun terakhir, termasuk fakta bahwa "kebanyakan restoran fast food tidak akan menyajikan sapi yang tidak dimasak. Akan terdapat banyak dampak dari penyakit keracunan makanan dan hal ini membutuhkan pengakuan."

Schlosser setuju dengannya. Lingkaran fast food sekarang lebih berhati-hati tentang penyajian melalui daging dimasak setelah empat anak meninggal di tahun 1993 karena makan daging sapi yang belum dimasak di Jack in the Box. "Burger Jack in the Box adalah pertaruhan terbaik," ujar Schlosser.

McDonald, tulisnya, telah merespon ke pengertian konsumen dan berusaha supaya pemasok dagingnya memperbaiki cara mereka mengatasi persediaan. McDonald juga telah menolak untuk menggunakan kentang hasil bioteknologi untuk kentang gorengnya karena tekanan konsumen. "Aku optimistis," ujar Schlosser. "Aku tidak mengira kami selalu memiliki kesempatan untuk menunggu tindakan pemerintah. Terdapat potensi besar untuk mengubah perusahaan fast food untuk menekan pemasok daging dan dari konsumen yang dapat menekan rantai fast food."


tempo.co.id

Stress Timbulkan Problema Perut

Hati-hati bagi anda yang sedang melakukan diet, karena kebiasaan inidapat menimbulkan beban stress berat yang dapat mempengaruhi proses pencernaan. Upaya melangsingkan tubuh semacam ini, kian populer dikalangan perempuan yang mudah terpengaruh gaya hidup masa kini. Tak heran jika kaum perempuan sering mengalami masalah dengan lambung dan sering terkena infeksi virus pada usus.

Menurut Jurgen Hotz, seorang konsultan senior untuk pengobatan dalam asal Jerman, penyakit perut dan usus dapat disebabkan karena diet yang buruk, stress atau infeksi yang disebabkan oleh virus. Oleh sebab itu, langkah pertama yang harus dilakukan dokter adalah memilah antara kerancuan fungsional atau penyakit organis.

Selain itu, Hotz yang juga direktur medik pada klinik Gastroenterology, di Celle Jerman mengatakan bahwa sindrom perut atau usus yang sensitif merupakan kerancuan fungsional paling umum. Sementara penyakit perut atau usus organis yang umum adalah bisul perut, batu empedu dan virus hati atau penyakit kronis seperti yang dikenal dengan nama penyakit Crohn. Gejala-gejala seperti mencret, sembelit, mual, mabuk atau sakit perut cepat menghilang yang dialami pasien, biasanya bukan kerancuan organis. Meski demikian, penderita harus pergi ke dokter, terutama jika dia menemukan darah pada tinja atau muntah.

Problem perut dan usus seringkali merupakan reaksi tubuh terhadap stres atau kecemasan. Penyakit ini sering dapat ditangani secara efektif dengan istirahat. Tetapi hal terpenting yang diperlukan untuk menyembuhkannya adalah dengan diet seimbang kaya serat. Hotz menyatakan penyembuhan pasien penderita problem usus dan perut ringan dapat dilakukan di rumah. Dengan cara mengatur asupan makanan yang mudah dicerna, daun-daunan, teh atau menempelkan botol berisi air hangat. "Gaya hidup kita, stres, gizi biasanya merupakan penyebab sindrom perut atau usus yang sensitif," jelasnya.

Kejang di bagian atas perut adalah gejala sindroma perut sensitif, yang merupakan disfungsi otot perut. Sementara sakit di bagian bawah perut merupakan pertanda sindrom usus yang sensitif. Sedangkan mual dan muntah, dapat juga dipicu oleh kecemasan jiwa. Kendati demikian, penyakit ini bisa juga merupakan reaksi tubuh atas racun atau materi yang tak bisa dicerna.

Sakit perut, muntah dan mencret juga merupakan penyakit umum anak-anak. Namun penyakit ini bisa menjadi pertanda adanya penyakit serius, jika anak-anak kemudian menolak makan dalam jangka waktu lama atau mendadak muntah. Penyakit serupa, bisa juga menyerang orang tua. Dan jika hal ini terjadi, penderita harus menghindarkan diri dari makanan berlemak dan makanan yang sulit dicerna.

Jenis makanan lain yang dapat menjadi racun bagi perut adalah makanan panas, serta makanan yang mengandung nikotin dan alkohol secara berlebihan. Sedangkan makanan yang berasa masam seperti jus jeruk atau anggur putih, dapat memicu atau memperburuk rasa panas dalam perut.

Untuk mengatasi masalah perut ringan, langkah terbaik yang harus dilakukan adalah dengan mengkonsumsi makanan berserat tinggi seperti roti dari tepung dengan bijian yang utuh (wholemeal), sedikit lemak hewan, banyak minum dan olahraga. Namun jika masalah perut tetap 'setia,' bersama Anda, segera hubungi dokter.



tempo.co.id

Kiblat Baru Senjata Antikanker

Victoria Reiter kembali menemukan harapannya untuk meniti hidup. Harapan itu hampir pudar ditelan kanker darah mematikan, leukemia myeloid, yang dideritanya. Hampir sepanjang tahun 1999, penulis yang hidup di Manhattan, New York, Amerika Serikat ini menghabiskan waktu dengan berbaring di tempat tidur. Terapi kimia telah membuat tubuh perempuan 63 tahun ini kian lemah.

Awal tahun 2000, Reiter nekat mencoba obat imatinib mesylate dengan nama pasar Gleevec yang masih berstatus uji klinis. Obat ini berfungsi memblokir sinyal saraf yang memerintahkan sel kanker terus berbiak. Hasilnya cukup nyata. "Energi kembali datang. Saya bisa berjalan lagi dan sanggup kembali tekun membaca," tutur Reiter kepada majalah Time, edisi 21 Mei 2001. Setelah enam bulan mengonsumsi Gleevec, Agustus 2000, pemeriksaan terhadap sumsum tulang belakangnya membuktikan sel-sel leukemia Reiter sudah jauh berkurang.

Selamat datang obat baru. Pengobatan kanker agaknya telah memasuki babak baru yang cukup menjanjikan. Sehebat apakah obat kanker generasi baru yang dikonsumsi Reiter? Sebetulnya, imatinib mesylate, dan juga beberapa obat kanker mutakhir, telah mencuri perhatian kalangan medis dalam beberapa tahun terakhir. Dan ini dia hebatnya: "Kekuatan obat ini terpusat pada senyawa yang khusus bereaksi pada protein atau enzim kanker," kata Larry Norton, Ketua Masyarakat Ahli Kanker Klinis Amerika Serikat. Obat jenis rituksimab, misalnya, khusus menghancurkan sel kanker limfa Non-Hodgkin's. Sedangkan obat yang lain, jenis trastuzumab, diketahui bekerja spesifik memblokir enzim pertumbuhan sel kanker payudara.

Nah, karena sasarannya spesifik, obat kanker mutakhir tidak mengusik sel-sel yang sehat. Tentu saja ini kabar menyenangkan. Sebab, selama ini pengobatan kanker--dengan kemoterapi ataupun radioterapi--berprinsip sapu bersih. Baik sel kanker maupun sel yang sehat walafiat sama-sama dibombardir. Akibatnya, terapi kanker lazim disusul dampak negatif seperti selera makan lenyap, stamina turun drastis, rambut rontok hebat, dan bobot tubuh anjlok.

Obat-obatan baru untuk memberantas sel kanker, meski sejauh ini memberi hasil yang tampaknya lebih baik ketimbang obat lama, masih banyak dipertanyakan. Dari pihak produsennya sendiri, tak satu pun yang berani mengklaim obat mereka mampu menuntaskan habis sel-sel kanker. Juga, tak ada jaminan obat kanker mutakhir tidak memunculkan dampak negatif dalam jangka panjang. Belum pula diketahui berapa lama konsumsi obat yang efektif supaya sel kanker tidak berbiak kembali.

Genentech Inc., produsen Herceptin (jenis trastuzumab), misalnya, malah tegas mengakui bahwa obatnya tidak menyembuhkan pasien. Herceptin--resmi beredar pada 1998--tak sanggup mengubah iklim biologis yang membuat tubuh bisa menghentikan sama sekali pembelahan sel kanker payudara. "Obat kami hanya berpeluang meningkatkan kualitas hidup pasien kanker," kata Lorry Goldstein, periset Pusat Kanker Fox Chase yang juga meneliti obat Herceptin.

Toh, kelemahan obat generasi baru tak menyurutkan niat pasien. Mereka yang hampir putus asa memerangi kanker tak peduli dengan harga tinggi yang dipatok produsen. Penjualan Herceptin, US$ 700 untuk dosis seminggu dan dianjurkan digunakan selama 36 minggu, misalnya, sukses mendongkrak laba Genentech sampai 35 persen pada tahun 2000.

Obat yang masih dalam tahap uji coba pun laris menggaet respons. Uji klinis Gleevec, misalnya, langsung disambut 1.027 pasien leukemia myeloid. Walhasil, uji klinis obat ini rampung dalam setahun--rekor dalam sejarah yang dicatat Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA). Akhirnya, 10 Mei lalu, FDA resmi mengizinkan peredaran Gleevec dengan harga US$ 2.400 untuk dosis sebulan. Artinya, pasien harus menguras US$ 28.800 untuk pengobatan setahun. Bisa dihitung berapa duit yang harus tersedia bila pasien leukemia kronis minimal membutuhkan Gleevec selama tiga tahun.

Tentu saja, mahalnya obat kanker merupakan kendala serius bagi pasien di negara berkembang. Karena itu, tidak mengherankan bila sebagian pasien lebih suka memanfaatkan tanaman antikanker seperti kunyit putih, daun sambiloto dan keladi tikus, seperti yang diterapkan Klinik Herbal Karyasari, Jakarta (TEMPO, 29 April 2001).

Dan pendekatan itu bukannya sama sekali tidak berguna. Kubu penganut tanaman obat bahkan mulai mendapat dukungan para peneliti di negara maju. Tim ilmuwan Cancer Research Campaign (CRC), London, Inggris, misalnya, berhasil mengungkapkan rahasia tanaman antikanker. Profesor Peter Wardman, ahli kanker CRC, berhasil mendeteksi senyawa aktif yang berperan melawan kanker, yakni hormon tanaman indole acetic acid (IAA). Hormon yang masuk kelompok auksin ini--terdapat pada daun, bunga, buah, dan tunasi--"tugas asli" -nya adalah mengoptimalkan sinar matahari dalam proses fotosintesis.

Kemudian, kemampuan hormon IAA diuji melalui tes laboratorium. Ternyata, IAA sangat pintar mengenali dan melawan sel kanker. "Kadar akurasinya memilah sel sakit dan sehat sampai 99,9 persen," kata Wardman seperti dikutip BBC Health, dua pekan lalu. Merujuk temuan ini, Wardman yakin hormon IAA berpeluang menjadi inti obat kanker masa depan. Obat berbahan tanaman ini diharapkan bisa terjangkau kantong masyarakat banyak.



tempo.co.id

Laki-laki Dengan Kanker Payudara Pada Dadanya

Laki-laki bukannya tak dibidik penyakit ini. Lebih baik waspada, karena penyakit ini lebih berbahaya dibanding pada wanita.


Nun di sana, Albuquerque, Amerika Serikat, tiga lelaki dengan kanker payudara pada dadanya sedang menuntut perusahaan tempat mereka bekerja. Menurut ABC News (4/6), ketiga laki-laki itu menuduh kanker tersebut muncul karena buruknya lingkungan dimana mereka bekerja -- penuh bau bensin, karbon monoksida, karbon dioksida, medan magnet, dan berbagai serbuk.

Selain mereka, 10 pekerja lainnya juga kena kanker yang sama. Empat telah meninggal.

Belum diketahui bagaimana nasib tuntutan mereka, tapi bahwa ada tiga orang di 'tempat' yang sama -- dan pada waktu yang sama -- mendapat kanker payudara menarik perhatian. Faktanya, kanker payudara bukan penyakit khas pada wanita. Laki-laki juga tak luput dari serangan penyakit ini, meski lebih jarang.

Tak jelas di sini, tapi di AS prevalensi penyakit ini pada laki-laki sudah lumayan banyak: setiap tahun, menurut American Cancer Society (ACS), ada 1400 laki-laki yang didiagnosa mengidap penyakit ini. Umumnya kanker ini lebih lazim pada usia di atas 60 tahun, karena ketika itu dada cenderung menjadi lebih besar.

Sebanyak 31 persen di antara pengidapnya, kata ACS, akan meninggal. Angka itu, ungkap ACS lebih jauh, berarti lebih tinggi 6 persen dibanding tingkat kematian wanita yang hanya 25 persen. Padahal, untuk tiap satu laki-laki dengan kanker payudara, ada 100 wanita dengan kanker yang sama.

Lebih jauh ACS mengungkapkan, pada laki-laki kanker ini bisa lebih berbahaya. Penyebabnya, kata mereka, biasanya penyakitnya baru diketahui setelah tahap lanjut. Pada laki-laki kanker ini memang lebih sulit dideteksi, terutama karena laki-laki cenderung menolak gejala yang dirasakannya, sampai kanker menyebar ke bagian tubuh yang lain. Padahal, seperti diungkapkan ACS, tingkat keselamatan dari Kanker Payudara adalah 97 persen jika pasien didiagnosa dalam 5 tahun pertama.

Gejala kanker jenis ini, menurut ACS, sama seperti yang dialami wanita: ada sebuah gumpalan di dada (umumnya di pusat disamping lingkatan seputar puting), keluarnya cairan dari puting, bentuk puting yang abnormal, atau adanya bisul di dada. Cairan puting, menurut ACS, menjadi tanda yang paling tak menyenangkan bagi laki-laki. Pasalnya, 75 persen dari seluruh kasus kanker ini memperlihatkan gejala awal itu.

"Gumpalannya sendiri kerap tak disertai rasa sakit, hingga pria tak mempedulikannya," ungkap ACS.

Untuk mendiagnosa jenis kanker ini, dokter akan melakukan apa yang biasa dikerjakan saat memeriksa kemungkinan kanker ini pada wanita. Dokter akan melakukan mammogram seperti pada wanita dengan payudara kecil (meski lebih sulit), yang digabungkan dengan pengujian fisik ultrasonografi dan biopsi.

Jika kanker dideteksi, dokter akan melakukan hal yang sama yang juga dilakukan pada pengidap wanita. Dokter biasanya akan dilakukan mastektomi. Jika kanker telah menyebar, dokter akan menyertakan terapi radiasi dan kimia.

Kendati begitu, pengobatan kanker payudara pada laki-laki biasanya lebih sederhana. Bagaimana pun, massa dada pria lebih kecil dari wanita, sementara itu tak ada hubungan psikologis antara dada dengan penampilannya.

Siapa yang Akan Menderita Kanker Ini?

American Cancer Society mengungkapkan, kanker ini tak pilih-pilih lelaki. Kendati begitu, penelitian memperlihatkan, ada beberapa kelompok yang memiliki kemungkinan lebih besar untuk terkena penyakit ini. Mereka adalah:

  • Laki-laki dengan Sindroma Klinefelter Sindroma ini adalah kelainan genetis yang muncul dalam bentuk kromosom sex ekstra. Pria dengan kelainan ini memproduksi hormon testosteron sangat rendah dan estrogen yang lebih tinggi dari normal.
  • Laki-laki dengan hormon estrogen tinggi
  • Laki-laki dengan Ginekomastia atau dada yang membesar
  • Laki-laki dengan sejarah kanker payudara pada keluarganya.
  • Sebanyak 20 persen pria penderita kanker ini mempunyai keluarga yang juga menderita kanker payudara



  • tempo.co.id

    Dengarkan "Suara" Tubuh

    Anda seorang wanita pekerja keras? Tak ada yang melarang Anda untuk mengejar ambisi dan bekerja sesempurna mungkin. Tak ada masalah. Sejauh kita berbuat yang terbaik, oke saja. Sibuk adalah hal yang tak terelakkan dari mereka yang menikmati pekerjaan.

    Namun, jangan lupa bahwa tubuh Anda juga memerlukan perhatian yang sama dengan pekerjaan Anda. Tubuh sesungguhnya telah melayani hidup kita sepanjang 24 jam penuh, tanpa pamrih. Tubuh kitalah yang menopang kita ke mana saja, tak terkecuali pada saat kita bekerja, sibuk, dan berpacu untuk merebut impian dalam hidup.

    Beberapa penelitian, termasuk yang dilakukan Dr. Tracy Gaudet, Direktur Kesehatan Umum The Duke Center of Integrative Medicine Los Angeles dan Sheenah Hankin, Ph.D., psikoterapi dari Manhattan, menyebutkan bahwa wanita, sekalipun amat memperhatikan penampilan dan kecantikan, ternyata memiliki kecenderungan cuek pada tubuhnya sendiri. "Sebanyak 90 persen wanita 'disconnected' dari tubuhnya sendiri," kata Gaudet.

    Dokter yang menggeluti khusus soal perubahan gaya hidup itu menunjukkan kecenderungan stres dan lelah lebih banyak terjadi pada wanita ketimbang pria. Dan itu disebabkan karena mereka tak ramah dan peduli pada tubuhnya sendiri. Karena itu, kata Gaudet, "belajarlah mendengar tubuh Anda sendiri, sebelum tubuh Anda rontok."

    Menurut Gaudet, tubuh bisa mengeluh. Biasanya tubuh akan mengeluarkan peringatan dini yang menunjukkan bahwa ia mengeluh, sebelum akhirnya benar-benar menyerah pada penyakit yang menyerangnya. Peringatan dini berupa reaksi-reaksi dari bagian-bagian tubuh.

    Keluhan Tubuh:

    • Tangan dan kaki dingin
    • Rambut rontok
    • Sakit kepala atau migrain
    • Sakit perut
    • Otot nyeri
    • Insomnia
    • Tak ada gairah seks
    • Alergi Problem kulit
    • Flu
    • Cepat marah
    • Lesu

    Jika mengalami keluhan tubuh semacam itu, Gaudet menyarankan untuk segera melakukan Pemeriksaan Stress Tubuh. Wanita, kata Gaudet, mengalami stres 30 persen lebih banyak daripada pria. "Stres tubuh adalah ukuran bahwa hidup Anda tak sehat," tambah Glenn S. Rothfeld, M.D., M.Ac., direktur medis dari New England Inc.

    Pemeriksaan Stres Tubuh:

    Cek denyut jantung:
    Apakah melewati 30 detak dalam 20 detik?

    Cek pernafasan:
    Apakah lebih dari enam tarikan napas dari 20 detik?

    Cek emosi:
    Apakah sedang marah? apakah pikiran melompat-lompat?

    Cek suara:
    Apakah suara Anda kuat, tinggi, dan melengking? Apakah kata-kata sedang kacau?

    Cek tangan dan kaki:
    Apakah tangan dingin dan beringat? Apakah jari kaki bengkak?

    Jika Anda lebih banyak menjawab "ya", Dr. Gaudet memberi saran untuk mencoba beberapa teknik mengatasi stres tubuh.

    Pernafasan
    Seperti dalam tradisi Yoga: tarik nafas dalam empat hitungan, tahan dalam tujuh hitungan, lepaskan dalam delapan hitungan. Dalam latihan ini letakkan ujung lidah Anda di langit-langit mulut dan menyentuh punggung gigi. Ulangi selama empat kali.

    Visualisasi
    Ajaklah pikiran Anda plesir ke sebuah tempat yang selama ini Anda merasa nyaman. Atau ke sebuah tempat yang belum pernah Anda lihat. Bayangkanlah tempat itu, perhatikan aneka bunyi di sana, hirup bau dari suasana tempat itu, rekamlah dalam ingatan Anda.

    Hadirkan Gairah
    Ingatlah tempat yang membuat Anda senang: mendengarkan musik, saat tertawa, menari, atau menikmati karya-karya seni. Temukan cara Anda bisa menikmati itu kembali di saat Anda sibuk. Misalnya, bergoyang sejenak di ruang kerja Anda dan luangkan waktu setiap malam di rumah, atau mendengarkan musik atau humor lewat kaset di mobil Anda. Jika Anda menyukai, Anda telah memberi kontribusi penting pada kesehatan Anda.

    Berbuat Sekarang
    Juga Jangan membayangkan apa yang akan dikerjakan besok hingga 20 tahun yang akan datang. Pikirkan apa yang kamu perlukan saat ini dan kerjakan dengan hati-hati. Ada beberapa tahap yang harus ditempuh untuk ini:

    Tahap Pertama:
    Rasakan Tubuh Anda Segeralah rasakan tubuh Anda. Tanya pada diri sendiri, "Apa yang saya rasakan sekarang?" Tutup mata Anda dan rasakan dari kepala hingga ujung jari kaki Anda. Catat beberapa bagian yang Anda merasa tak nyaman dan sakit. Gaudet menyebut bagian ini sebagai "scan rasa".

    Tahap Dua:
    Anda adalah Manusia Hentikan ada melakukan scan rasa dan kemudian ambil nafas. Yakinkan bahwa kadang apa yang terbaik Anda kerjakan tak berarti apa-apa. Kita adalah manusia, bukan ada karena pekerjaan.

    Tahap Tiga:
    Fokus pada Aktivitas Latihlah Anda untuk tak larut pada problem. Jangan fokus pada pemecahan problem, tapi fokuslah pada aktivitas Anda hari itu.

    Tahap Empat:
    Jaga Makanan Beri perhatian pada makanan yang akan dikonsumsi. Apa Anda makan karena lapar, bosan, merasa membutuhkan, atau untuk kenyamanan Anda?

    Tahap Lima:
    Spiritualitas Kerjakan sesuatu yang membuat Anda bisa berhubungan dengan sang pencipta. Berdoa dan beribadah sangat dianjurkan. Atau setidaknya ajak teman untuk membicarakan soal-soal spiritualitas. Dengan pentahapan latihan itu, ujar Gaudet, kita akan menjadi mengenal tubuh kita. Tubuh akan menjadi bagian tak terpisahkan dari diri kita dan setiap keluhan tubuh akan cepat diantisipasi. Jadi, ramahlah pada tubuh Anda sendiri.




    tempo.co.id

    'Viagra' ala Cilacap

    Viagra mendapat saingan baru. Kali ini pesaing itu datang dari bumi Jawa, tepatnya dari kawasan industri jamu tradisional Cilacap, Jawa Tengah. Sebagai jamu, tentu saja bahan bakunya bukan sildenafil. Kemampuannya juga tak sama persis dengan Viagra. Tapi, jamu buatan Serbuk Manjur Jaya yang berbentuk ekstrak ini juga diklaim bisa membantu pria yang kejantanannya bermasalahan. "Pro Stamin" namanya, terbuat dari ekstrak kayu sanrego, pasak bumi, cabe Jawa, dan pala. "Produk ini dijamin aman karena semua bahannya murni dari tumbuhan," ujar Lulut Sugiyanto, dosen Farmasi UGM yang juga konsultan perusahaan tersebut.

    Sebenarnya, Pro Stamin hanya salah satu produk andalan dari pilot project program pendampingan jamu tradisional yang dilakukan Departemen Kesehatan dengan Fakultas Farmasi UGM sejak tahun lalu. Program itu digelar setelah ditemukan adanya campuran obat kimia di sejumlah merek jamu tradisional. Selain memberikan penyuluhan dan pengawasan, program ini bertujuan untuk mencegah agar kasus serupa tak terjadi lagi.

    Yang lebih penting dari itu, produsen tradisional semacam Serbuk Manjur Jaya pun kini bisa memproduksi jamu dalam bentuk ekstrak. Proses ekstraksi sendiri memang tak terlalu rumit. Bahan yang telah dikeringkan dicuci bersih, dirajang, lalu diekstrak dengan alkohol 40 persen. Proses ini akan menghasilkan cairan kental yang kemudian dikeringkan agar alkoholnya menguap. Setelah itu, ditambahkan beberapa bahan seperti aerosil, avisel, dan Mg Stearat, hingga dihasilkan produk yang keras, renyah, mengilap, tapi tak lengket. Ekstrak semacam ini lebih praktis karena orang tak perlu lagi repot-repot menyeduh jamu.

    Haji Achmad Sumadiharjo, pemilik PJ Serbuk Manjur Jaya, boleh berbangga dengan produknya itu. Selain aman dikonsumsi, kontrol kualitasnya juga terjaga. Tak berlebihan jika ia berharap produk-produknya nanti bisa go international.

    Achmad tak menampik kenyataan bahwa kesuksesan dirinya tak lepas dari peran Koperasi Jamu Aneka Sari. Maklum, lewat koperasi inilah ia--bersama 525 anggota perusahaan jamu yang lain--bisa menggunakan jasa 16 apoteker yang ada di situ. Tidak hanya itu. Koperasi juga sangat membantunya dalam pengurusan legalitas, pembinaan kualitas, dan penyediaan bahan baku.



    tempo.co.id

    Lemak Tak Jenuh Sahabat Bagi Jantung

    Asam lemak tak jenuh berfungsi penting mengurangi terjadinya proses pengapuran dan penimbunan elemen-elemen kolesterol pada pembuluh darah. Menurut Dr. Ir. Ali Komsan, Dosen Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga dari Institut Pertanian Bogor, asam lemak tak jenuh dapat menyebabkan darah menjadi kurang lengket dan mampu memperbaiki dinding pembuluh arteri yang telah dirusak oleh lemak jenuh sehingga sering disebut sangat esensial. "Sebagian lemak jenuh ini, tidak dapat dibuat oleh tubuh tetapi harus dibentuk melalui makanan," kata Ali Komsan, di Kantor YJI, Jalan Teuku Umar, Jakarta Pusat pekan lalu.

    Proses pengapuran yang biasa disebut dengan ateroklerosis, ini tidak jarang mulai terjadi pada usia yang masih sangat muda. Pembuluh darah mulai mengeras secara diam-diam, perlahan-lahan dan pasti. Orang muda yang masih memiliki fisik segar tetap harus waspada karena proses ini bisa terjadi pada setiap manusia, termasuk golongan yang sudah berusia uzur.

    Asteroklerosis bukanlah penyakit yang baru dikenal. Penyakit ini sudah diderita orang Mesir kuno lebih dari 3.500 tahun yang lalu, telah mengidap penyakit ini. Otopsi pada salah satu mumi wanita yang diperkirakan meninggal pada usia 50 tahun, menunjukkan adanya tanda-tanda pengapuran pada pembuluh koroner.

    Selain itu, otopsi yang dilakukan pada 200 orang serdadu yang mati muda dalam perang Korea menunjukkan bahwa 50 persen serdadu tersebut menunjukkan tanda-tanda pengapuran pada pembuluh koronernya. Padahal, para seradadu ini tidak mempunyai keluhan soal penyakit sama sekali. Di Amerika Serikat (AS), 46 persen dari anak muda yang mati karena kecelakaan lalu lintas ternyata sudah mengidap pengapuran koroner yang nyata.

    Studi yang dilakukan oleh World Health Organization (WHO) menyimpulkan bahwa progresi pengapuran koroner bertambah sebesar tiga persen pertahun sejak usia seseorang melewati 20 tahun. Kenyataan ini membuktikan bahwa progresivitas pengapuran pembuluh koroner sesungguhnya memang menggulir diam-diam dan senantiasa membawa bahaya laten. Check up menjadi sangat penting, terutama bagi seseorang yang sudah melewati usia 40 tahun.

    Hal yang perlu diperhatikan untuk mencegah terjadi pebnyakit jantung koroner adalah kolesterol tinggi. Di Jepang, walaupun jumlah pengidap hipertensi dan perokok sangat tinggi, tetapi insiden penyakit jantung koroner relatif rendah karena kadar kolesterol mereka umumnya rendah. Namun di kota-kota metropolitan Jepang yang sudah mengalami pergeseran pola makan, kecenderungan penyakit jantung koroner tampak meningkat.

    Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa diet yang mengandung lemak tak jenuh ganda tinggi, dapat menurunkan kadar kolesterol tubuh. Demikian pula kolesterol LDL (low-density lippoprotein) dan HDL (high-density lippoprotein) Sementara diet yang kaya lemak tak jenuh tunggal menyebabkan kolesterol total dan LDL menurun, sedangkan kolesterol HDL relatif tak berubah. Sebagaimana diketahui, kolesterol LDL sering disebut kolesterol jahat dan kolesterol HDL adalah kolesterol baik.

    Diet yang ideal adalah dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung 10 persen lemak jenuh, 5-10 persen lemak tak jenuh ganda dan 10 - 15 persen lemak tak jenuh tunggal. Dengan komposisi seperti itu, kadar kolesterol akan dapat dikendalikan.

    Di dalam makanan sehari-hari, kita memang tidak dapat memisahkan lemak jenuh dan lemak tak jenuh. Yang dapat dilakukan adalah memilih makanan yang kandungan lemak tak jenuhnya tinggi dan kandungan lemak jenuhnya relatif rendah. Misalnya ikan mengandung asam lemak tak jenuh tinggi, sedangkan makanan yang berasal dari ternak lebih banyak mengandung lemak jenuh dan kolesterol. Makanan yang berasal dari nabati, seperti kacang-kacangan, mengandung asam lemak tak jenuh tinggi. Serta minyak sawit yang mengandung asam lemak tak jenuh tunggal sekitar 40 persen.

    Untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal, konsumsi makanan harus diatur sesuai dengan prinsip keseimbangan, tanpa harus berpantang pada jenis makanan tertentu. Bisa jadi satu jenis makanan yang memiliki nilai gizi kurang baik, mengandung salah satu jenis mineral atau vitamin yang baik bagi tubuh. Oleh sebab itu, mengkonsumsi makanan yang beragam dan seimbang akan mampu melengkapi kekurangan dan kelebihan yang dimiliki setiap jenis bahan makanan.



    tempo.co.id

    Kontroversi Vitamin C

    Kontroversi vitamin C belum usai hinga kini. Berikut ini beberapa penggalan momen kontroversi yang disarikan dari berbagai sumber.

    1970
    Linus Pauling, ahli kimia dari Portland, Oregon, AS, penerima Hadiah Nobel pada 1954 dan 1962, menerbitkan buku Vitamin C and the Common Cold. Pauling--meninggal enam tahun silam--menganjurkan megadosis vitamin C (maksimal 2.000 miligram per hari), antara lain, untuk terapi kanker, penyakit kardiovaskuler, infeksi, dan kemunduran kemampuan otak.

    1974
    Dua peneliti AS, yakni Cameron dan Campbell, membuktikan bahwa megadosis vitamin C tidak bereaksi pada pasien kanker. Bahkan, beberapa pasien tercatat mengalami pendarahan setelah 3-6 hari menjalani terapi vitamin C dosis tinggi.

    1974-1989
    Para ahli di Mayo Clinic dan National Cancer Institute (NCI), AS, menggelar serial riset pada pasien kanker usus besar, leukemia, dan limfoma non-Hodgkin. Berbagai riset ini umumnya menyimpulkan keraguan akan keefektifan vitamin C dosis tinggi untuk terapi kanker.

    Menurut Pauling, keefektifan vitamin C dalam riset tersebut memang tidak nyata karena sebagian responden mendapat suntikan sitotoksin. Walhasil, aktivitas pemulihan sel yang dilakukan vitamin C tertutup. Pauling juga menyatakan bahwa manfaat vitamin C dosis tinggi baru terlihat setelah konsumsi dalam waktu lama, bukan dalam tempo singkat.

    1991
    Pauling menerima surat dari tim panel NCI yang menyebutkan vitamin C dosis tinggi tidak terbukti memperbaiki kondisi pasien berbagai jenis kanker. NCI menyerukan kajian mendalam mengenai megadosis vitamin C sebagai terapi kanker.

    1997
    James Blanchard dkk., ahli nutrisi dari Universitas Arizona, membuktikan megadosis vitamin C tidak diserap maksimal oleh tubuh. Kadar vitamin C dalam plasma darah konsumen yang minum vitamin C dosis rendah dan dosis tinggi tidak jauh berbeda. Jadi, suplemen megadosis vitamin C boleh jadi mubazir karena tubuh tidak menyerapnya dengan baik.

    2000
    David Golde, biolog dari Memorial Sloan-Kettering Cancer Center, New York, menyatakan vitamin C justru menghambat pengobatan kanker karena vitamin ini melindungi sel-sel kanker yang mestinya dibunuh.

    15 Juni 2001
    Ian Blair, ahli kanker dari Universitas Pennsylvania, melaporkan uji laboratorium mengenai megadosis vitamin C. Menurut Blair, megadosis vitamin C merusak struktur DNA sel-sel yang ada dalam tabung percobaan.




    tempo.co.id

    gugad1