ads by google 3

Dalam Hal Seks Wanita Harus Melayani Pria

Konsep wanita harus melayani pria adalah konsep zaman primitif, pada masa itu wanita semata-mata hanya dijadikan obyek seksual.

Konsep ini tentu tidak terlepas dari perbedaan peran gender yang sangat kuat pada masa itu.

Pada masa kini tentu konsep itu tidak layak dipertahankan dan diterapkan lagi, bahkan tidak mungkin dapat diterapkan lagi. Alasannya, karena konsep itu tidak benar dan tidak manusiawi.

Mengapa tidak benar? Karena tidak sesuai dengan kenyataan tentang seksualitas wanita dan pria seperti telah dijelaskan di atas. Wanita, seperti juga pria adalah makhluk seksual, bukan makhluk aseksual.

Mengapa tidak manusiawi? Karena hal itu berarti memperlakukan wanita hanya sebagai obyek atau alat pemuas pria. Padahal wanita seperti halnya pria menginginkan juga kepuasan seksual.





Justru konsep tersebut haruslah dibalik sehingga menjadi: pria harus berupaya memuaskan wanita. Mengapa? Karena banyak wanita telah gagal menikmati kehidupan seksualnya walaupun telah lama menikah. Penyebabnya adalah justru karena ketidakmengertian atau gangguan fungsi seksual pihak pria.

Tentu saja kesimpulannya adalah bersama-sama saling memberikan kepuasan harus dijadikan konsep dalam kehidupan seksual pasangan suami istri.

Bagaimana dengan konsep pria boleh melakukan hubungan seksual dengan lebih dari satu orang, sedang wanita tidak boleh?

Ini juga konsep yang sangat dipengaruhi oleh perbedaan peran gender. Tidak ada alasan untuk membedakan antara pria dan wanita dalam hal melakukan hubungan seksual bebas. Tidak ada alasan yang benar untuk memperbolehkan pria melakukan hubungan seksual bebas.

Ditinjau dari sudut manapun konsep ini tidak beƱar dan harus ditinggalkan. Dari sudut nilai moral dan agama sudah pasti konsep itu salah. Dari sudut akibat yang mungkin timbul, baik fisik maupun psikis, juga tidak benar.

Jadi konsep yang benar ialah baik pria maupun wanita tidak dibenarkan melakukan hubungan seksual bebas dengan lebih dari satu orang. Membenarkan atau meluruskan konsep mutlak harus dilakukan.

Kalau konsepnya saja sudah salah, maka perilaku sudah pasti salah. Dengan konsep yang benar saja, belum tentu perilaku seksual benar, apalagi bila konsepnya yang salah.

Pekerja seks pria kini semakin muncul ke permukaan sebagai sebuah fenomena yang tergolong baru. Apa arti fenomena ini?

Keberadaan pekerja seks pria yang semakin muncul ke permukaan sebenarnya menguatkan kenyataan bahwa wanita adalah makhluk seksual, sama seperti pria. Kalau karena sesuatu sebab pria dapat mencari dan melakukan hubungan seksual dengan pekerja seks, mengapa wanita tidak?

Jadi kalau sebagian pria melakukan hubungan seksual dengan pekerja seks karena alasan tertentu, maka wanita juga dapat melakukannya karena alasan tertentu pula.

Perubahan peran gender juga berperan kuat dalam munculnya fenomena ini. Perubahan peran gender telah memungkinkan wanita melakukan kontak dengan banyak orang, termasuk dengan pekerja seks pria.

Sebagian orang berpendapat perubahan peran gender telah menimbulkan akibat buruk karena wanita berani menuntut bila tidak mendapatkan kepuasan seksual?

Pendapat itu sungguh tidak adil dan hampir pasti muncul dari pihak pria yang dilatarbelakangi oleh konsep wanita sebagai obyek seksual. Di sisi lain, tuntutan itu dianggap merupakan suatu beban bagi pria, apalagi kalau pria tidak mampu memenuhinya. Padahal dengan perubahan peran gender diharapkan wanita tidak lagi dijadikan obyek seksual oleh suaminya.

Di dalam sebuah perkawinan khususnya, diharapkan pihak pria dapat memahami jika wanita berani menuntut untuk mendapatkan kepuasan seksual agar bisa menikmati kehidupan seksualnya. Dengan demikian kehidupan seksual bersama pasangannya dapat menjadi normal dan harmonis.

Melihat perkembangan zaman, yang berdampak positif pada kesetaraan gender, sehubungan dengan seksualitas, bagaimana pengaruhnya terhadap ikatan perkawinan?

Kesetaraan gender seharusnya lebih menimbulkan harmonisasi dalam kehidupan perkawinan. Dengan kesetaraan gender maka hubungan suami dan istri menjadi setara sebagai mitra bukan lagi sebagai atasan dan bawahan.

Demikian juga terjadi harmonisasi dalam kehidupan seksual suami dan istri. Suami tidak lagi memperlakukan istri sebagai obyek seksual. Suami dan istri bersama-sama menikmati kehidupan seksual sebagai satu pasangan.

Tetapi mungkin saja timbul hambatan atau masalah pada masa awal menerapkan kesetaraan gender. Kalau itu terjadi, mudah dimengerti karena belum terjadi adaptasi, baik di pihak suami maupun istri.





kompas.com

gugad1