ads by google 3

SERANGAN DINI HARI

Fenomena kematian akibat serangan jantung koroner di waktu fajar atau dini hari sudah sering terdengar. Mengapa? Penganut biometeorologi percaya faktor lonceng biologis berperan di sini. Kondisi tubuh seseorang dari jam ke jam dalam seharinya ternyata berubah-ubah sesuai dengan fluktuasi jam tubuh dari bulan ke bulan. Belakangan, fakta ini dimanfaatkan untuk menentukan pukul berapa sebaiknya seseorang diberikan obat agar daya kerja obat tersebut bisa optimal.
Dr. Robert Moore dari Universitas Kalifornia menemukan bahwa pusat irama biologis manusia terletak di suprachiasmatic, yakni serabut saraf otak pada persilangan saraf mata. Percobaan pada tikus yang suprachiasmatic-nya dirusak, ternyata menunjukkan bahwa bioritmiknya, periode tidur-jaga, metabolisme, serta fungsi seksualnya menjadi kacau. Sebab itu Moore merasa yakin bahwa kondisi yang sama juga bisa terjadi pada manusia.



Bioritme tubuh manusia memiliki 23 hari siklus fisik, 28 hari siklus emosi, dan 33 hari siklus kecerdasan. Setiap tahun orang dapat mencatat bioritme hariannya untuk mengetahui turun-naiknya gelombang fisik, emosi serta kecerdasan pribadinya. Hasilnya, disarankan agar pengambilan keputusan penting sebaiknya dilakukan pada hari saat gelombang fisik dan kecerdasan berada pada puncaknya dan gelombang emosi sedang berada di bawah, misalnya.

Siklus harian bioritmik menentukan kondisi puncak maupun terendah setiap orang, sehingga dalam hal risiko terserang jantung koroner misalnya kita bisa lebih siaga dan waspada. Riset di bidang ini menemukan, sebagian besar fungsi tubuh selepas tengah malam hingga dini hari berada dalam kondisi terendah.
Dari jam ke jam kondisi tubuh terus berubah-ubah. Beberapa di antaranya, setelah pukul 07.00 pompa hormon adrenalin meninggi yang mengakibatkan suhu dan denyut jantung meningkat. Pukul 08.00 hormon seks berada pada puncaknya, pukul 19.00 emosi buruk sehingga gampang marah akibat perubahan hormonal tubuh.

Kondisi terendah sebagian besar organ tubuh terjadi pada dini hari mungkin bisa menjelaskan mengapa kejadian serangan jantung lebih kerap muncul pada jam-jam itu. Diduga karena denyut jantung yang lebih rendah dari biasa pada waktu dini hari akan mengurangi pasokan darah ke dalam pipa koroner. Saat pasokan darah koroner untuk memberi makan pada otot jantung berkurang inilah kemungkinan terjadi serangan jantung yang langsung menewaskan.

Kelainan jantung lain yang langsung menewaskan adalah silent myocardial ischaemia (SMI). Mungkin pada penderita ini, serangan jantung sudah berulang kali tapi tidak pernah dirasakan dan akhirnya langsung menewaskan. Satu dari setiap empat kematian akibat serangan jantung yang tanpa didahului keluhan ataupun gejala, penyebabnya SMI ini.

Puncak aktivitas mental
Saat ini di Amerika Serikat terdapat 5 juta pengidap penyakit jantung koroner SMI. Fakta ini sungguh mencemaskan karena secara tak terduga penderita yang tampak sehat tiba-tiba mendapat serangan jantung mematikan. Pembuktian hanya bisa dipastikan melalui otopsi bahwa ternyata tanpa diketahui sebelumnya, sudah terjadi kerusakan pada otot jantungnya. Penyebab kematiannya karena terjadi sumbatan total pada pembuluh jantung koronernya.
Kalau serangan jantung koroner klasik yang didahului dengan rasa nyeri khas pada dada, kemudian menjalar ke bahu dan lengan biasanya muncul sehabis kerja berat, SMI lebih sering menyerang seseorang pada puncak aktivitas mental kegiatan sehari-hari seperti saat menyetir mobil, membaca, atau tengah berpidato.

Mereka yang memiliki bakat atau keturunan darah tinggi atau diabetes tergolong berisiko tinggi terkena penyakit jantung koroner. Demikian pula yang kegemukan, berkepribadian tipe A (ambisius, temperamental dan kurang sabar) atau perokok.

Pada wanita, angka PJK kini jauh meningkat dibandingkan dengan zaman sebelum banyak wanita perokok, minum pil KB, serta pola dan gaya hidup para wanita menopause modern. Setelah menopause lemak darah wanita cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan sebelumnya sehingga risiko terkena PJK sama tingginya dengan kaum pria. Selain itu ada faktor lain yang tak boleh diabaikan, yakni stres.

Mereka yang berisiko tinggi hendaknya rajin memeriksakan jantung sekalipun tidak terasa ada keluhan. Obat dan gerak badan bisa mengurangi faktor risiko terkena PJK. Bila Anda termasuk kelompok ini sebaiknya selalu waspada dan siaga dengan obat antiserangan PJK dan berusahalah mengendurkan aktivitas mental yang berat saat menjelang fajar. (dr. Handrawan Nadesul, kolumnis kesehatan yang bekerja di Deppen RI)





indomedia.com

gugad1