ads by google 3

Beser Bisa Karena Ada Tumor!

Tampaknya sepele, tetapi bila Anda sering buang air kecil alias beser atau tak mampu menahan keluarnya air seni, sebaiknya hati-hati atau segera kunjungi dokter. Siapa tahu ada penyakit yang lebih serius sedang mengintai.

Seorang pasien wanita datang ke klinik urologi di suatu rumah sakit. Ia mengeluh sering sekali berkemih. Bahkan ketika merasakan ingin buang air kecil, air seninya sudah keburu keluar sebelum sampai di kamar kecil. Pasien lain merasa sakit ketika buang air kecil. Sementara seorang bapak bertutur, tiap kali ia kencing selalu terasa tidak tuntas. Keluhan ketiga pasien itu sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari seperti dilaporkan Berita Ikatan Dokter Indonesia (Bidi), Mei 1999.

Dalam takaran normal, pembuangan air seni kira-kira 1,5 liter atau 4 — 5 kali dalam sehari. Ini sesuai daya tampung kantung kencing yang sebesar 300 cc. Di atas 10 kali bisa dianggap tidak normal. Nah, kalau sering kencing melebihi patokan itu, Anda harus waspada. Barangkali ada sesuatu yang kurang beres menyangkut organ atau sirkulasi air seni Anda.

Honeymoon cystitis

  • Menurut dr. Djoko Raharjo, ahli urologi dari RSCM-FKUI Jakarta, penyebab sering beser bermacam-macam dan tergantung pula pada jenis kelamin.

Yang paling kelihatan justru pada penderita kencing manis. Soalnya, gejala penyakit gula di antaranya ialah banyak minum, mudah lapar, dan sering kencing.

“Jadi, orang yang beser pertama-tama yang harus dicurigai apakah dia menderita penyakit gula atau tidak.”

Gangguan beser juga sering menimpa wanita muda lantaran adanya peradangan dalam kantung kencing yang disebut cystitis. Penyebabnya kuman yang bergentayangan di dalam kantung kencing dan menimbulkan infeksi. Prosesnya bisa dalam hitungan jam dan dipermudah karena saluran kencing wanita itu pendek. Penyakit ini juga suka menyerang pasangan yang baru menikah, oleh karena itu juga disebut honeymoon cystitis.

Pada wanita paruh baya pemicu cystitis lain lagi. Pada mereka peradangan ini lebih karena berkurangnya pasokan hormon estrogen. Ujung-ujungnya selaput lendir menjadi kering dan sempit. Kekeringan ini membuat saluran kencing menjadi kaku dan mempermudah terjadinya infeksi.

Yang lebih ditakutkan menurut Djoko, adalah beser karena adanya kelainan serius pada kantung kencing, semisal tumor. Dalam kasus ini, dokter akan memeriksa air seni dengan lebih cermat. Bisa dengan mata telanjang ataupun melalui bantuan mikroskop. Jika terdapat sel darah putih di dalam air seni, bisa dipastikan ada tumor, khususnya karsinoma insitu.

Gangguan kencing juga banyak melanda pria di atas usia 50 tahun yang sebagian besar akibat pembesaran (hypertrophy) prostat. Tanda-tandanya, beser tidak tuntas, selalu ada sisa, dan sering disertai rasa sakit saat kencing. Pembesaran prostat ini lantaran ada kegiatan hormon testosteron yang diubah menjadi hormon dehidrostestosteron di dalam sel prostat. Zat ini masuk dalam inti sel dan bereaksi dengan ribonucleic acid (RNA) dan terjadi sintesa protein yang menyebabkan pembesaran prostat.

Lelaki mana pun bisa terkena. Pada dasarnya semua pria sehat di atas usia 40 tahun cenderung mengalami pembesaran prostat. Tapi kira-kira hanya 10 persen yang mengalami gangguan.

Pembesaran prostat secara perlahan akan menyumbat saluran kencing sampai pada suatu saat penderita tidak bisa buang air kecil. Ini membuat kantung kencing menjadi penuh. Akibatnya, seperti bak mandi yang diisi penuh, luber. Maka yang dirasakan penderita adalah seperti buang air kecil terus-menerus.

Gara-gara batuk

  • Dalam dunia kedokteran, kondisi tidak bisa menahan kencing diistilahkan dengan incontinentia urinary. Keadaan luber macam bak mandi itu diistilahkan dengan incontinentia paradoxical.

Disebut paradoks karena tersumbat tetapi kenyataannya air seni keluar tanpa bisa ditahan. Bila seseorang terkena penyakit ini, ia merasa tidak pernah dapat mengosongkan kandung kemih dengan tuntas, disamping seringnya berkemih dalam jumlah kecil sepanjang hari.

Jenis incontinentia lainnya adalah tipe desakan. Pada kasus ini orang akan buang air kecil segera setelah merasakannya. Kadang-kadang, air seni berceceran keluar sebelum penderita
tiba di kamar mandi. Sementara pada orang tua lantaran otot sphincter (semacam klep)-nya ngadat, maka bisa timbul incontinentia desakan. Pada dasarnya otot itu baru bekerja bila ada aliran kencing, tetapi pada orang tua yang pikun mekanisme ini kadang tidak berjalan.

“Jadinya, hanya gara-gara batuk atau tertawa panjang, air seni bisa keluar,” papar dr. Djoko.

Sementara pada incontinentia total, urine akan keluar terus-menerus. Dalam beberapa kasus, pasien sadar akan kondisi tersebut tetapi tidak dapat melakukan apa pun untuk mencegahnya. Pada kasus lainnya pasien sama sekali tidak sadar kalau dia berkemih atau mengompol. Di luar kasus-kasus di atas, incontinentia bisa terjadi karena kecelakaan. Ataupun sumbatan
kandung kemih lantaran terjepit sewaktu operasi caesar.

Bila diperhatikan, berbagai jenis incontinentia itu secara garis besar dapat dibagi dua yaitu sementara dan menetap.

Pada incontinentia sementara sifat penyakitnya hanya sesaat dan segera hilang setelah penyebabnya disingkirkan. Misalnya karena infeksi saluran kemih atau pada vagina.

Dalam hal incontinentia menetap, penyebabnya lebih banyak karena kelainan anatomi tubuh dan sifatnya menetap. Apabila gejalanya tidak diobati, incontinentia akan tetap ada. Beberapa penyebabnya antara lain: kelemahan otot dalam menahan kandung kemih, kelemahan kandung kemih sendiri, kelemahan otot sphincter, kelemahan saluran kencing, atau penyumbatan pada uretra.

Secara statistik, Djoko tidak dapat memastikan berapa banyak penderita gangguan kencing ini. Hanya saja di RS Sumber Waras tercatat 300 penderita prostat per tahunnya, di mana 10 persennya diketahui menderita incontinentia paradoxial.

Sebagai gambaran, di AS saat ini terdapat 1 3 juta orang terkena incontinentia urinary. Dari jumlah itu 85% atau 11 juta diidap oleh wanita.

Walau bukan penyakit yang mematikan, incontinentia berdampak buruk bagi seseorang. Penderita akan terganggu lantaran harus sering pergi ke kamar kecil.

Penderita yang tidak bisa kencing, biasanya langsung minta pertolongan ke dokter. Di sini “burung” pasien akan dimasuki selang sampai di kantung kencing. Agar tidak terasa sakit, selang itu dilapisi jeli yang berfungsi sebagai penghilang rasa sakit. Toh, ini cuma pertolongan pertama. Pembesaran prostatnya sendiri perlu dioperasi. Caranya, dikerok sedikit demi sedikit lewat cara endoskopi.

Pada kasus infeksi yang ditandai dengan adanya sel darah putih dalam air seni, langkah pertama adalah memeriksa biakan kuman dari urine. Jika biakan ini tumbuh, pasien diterapi dengan obat pembasmi kuman selain diberi obat supaya kantung kencing tidak sering berkontraksi. Pasien disarankan banyak minum, dengan begitu produk air seninya banyak dan ginjal seperti dicuci bersih. Sedangkan pada karsinoma insitu pengobatan umumnya melalui operasi.

Yang perlu diingat, penderita yang baru pertama kali mengalami, bisa datang ke praktek dokter umum. Tetapi bila tidak kunjung sembuh, sebaiknya masalah itu dikonsultasikan ke dokter ahli urologi. Siapa tahu ada penyakit serius yang tersembunyi.




intisari

gugad1