ads by google 3

Tentang Kanker

Stres di Balik Kanker

Lakukan pemeriksaan payudara secara berkala agar serangan kanker bisa dihindari.


Stres ternyata banyak yang mengundang. Di rumah, ketika terjadi perselisihan dengan pasangan dan perseteruan tak kunjung padam, stres pun menjadi teman Anda. Di kantor, manakala pekerjaan menumpuk sedangkan Anda tidak memiliki tim kerja yang baik, stres langsung hinggap. Saat badan dalam kondisi tidak sehat, apalagi diagnosis dokter menyebutkan Anda menderita kanker payudara, stres langsung menyapa.

Tak mengherankan, dari sebuah penelitian di Amerika Serikat yang melibat 236 perempuan yang didiagnosis menderita kanker payudara, ditemukan hampir 50 persen dari mereka mengalami gangguan emosional atau menunjukkan gejala kelainan kejiwaan, seperti depresi dan post-traumatic stress disorder (PTSD). Dalam sejumlah kasus, memang gangguan ini tidak memerlukan perawatan khusus. Namun, ditemukan 21 persen yang mengalami kelainan jiwa, 11 persen depresi berat dan 10 persen PTSD.

Mayoritas mengalami problem kejiwaan menengah hingga gangguan emosional berat sebanyak 41 persen. Semua atau 100 persen pasien ketika dipaparkan hasil diagnosisnya langsung dilanda cemas. Kemudian 96 persen menyatakan khawatir memikirkan ketidakjelasan perawatan yang akan dijalaninya (96 persen) dan yang merasa cemas akan terjadinya perubahan fisik mencapai 81 persen.

Apabila terdeteksi kanker payudara, Anda sebenarnya tidak perlu gelisah dan putus asa. Setelah ditentukan stadiumnya, Anda dapat menjalani pengobatan yang terdiri atas pembedahan, kemoterapi, radioterapi, hormonal, dan kombinasi. Dalam seminar "Deteksi Dini Kanker Payudara" yang digelar oleh Yayasan Kanker Indonesia dan GE Electronic di gedung RNI, Jakarta, Selasa pekan lalu, ada Widarti yang bertutur soal payudaranya yang utuh cuma satu. Namun, ia sudah terbebas dari kanker stadium 3B.

Ada pula Jane Marry, 40 tahun, dengan kasus berbeda. Ibu satu anak ini mengatakan, ketika remaja pada 1986, ia merasakan benjolan di payudara kanannya. Hasil pemeriksaan medis adalah tumor jinak. Sampai kemudian ia memutuskan menjalani operasi. Lalu, pada 2001, Marry divonis mengidap kanker stadium 2A. Ukuran benjolannya 3 x 4 sentimeter di payudara kiri.

Hingga ketika bayinya berusia 18 bulan, buah hatinya itu tidak mau menyusu di payudara kiri tersebut. "Saya pindahkan ke payudara kanan, anak saya menyusu dengan nyaman" kata pemenang lomba foto Breast Friend ini mengenang. Sekarang, ia sudah terbebas dari kanker.

Ahli bedah Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, Dr Sonar Panigoro, SpB, mengatakan perempuan mempunyai risiko lebih tinggi mengidap kanker payudara dibanding laki-laki. Pada beberapa kasus memang terjadi pada laki-laki. Faktor risiko lain adalah usia (perempuan) di atas 35 tahun. Sebenarnya jangan terlalu cemas bila Anda menemukan benjolan pada payudara karena itu bisa berarti tumor jinak atau kista. Bila ukurannya kurang dari 2 sentimeter kemungkinan besar bisa hilang. Jika ukuran lebih besar lagi, 80 persen ukurannya tetap, 10 persen mengecil, dan 10 persen membesar hingga perlu dioperasi.

Faktor risiko lain, menurut Sonar, adalah perempuan yang mengalami menstruasi dini (kurang dari 10 tahun) dan usia menopause terlambat (lebih dari 55 tahun). "Karena paparan hormonal lebih panjang dibanding yang normal," katanya. Tapi seseorang tidak perlu memanipulasi untuk memperlambat datangnya menstruasi dan mempercepat menopause. "Yang penting adalah deteksi dini kanker payudara," ujarnya.

Pemeriksaan dini dan berkala berlaku bagi perempuan yang bukan dan penderita atau bahkan mantan penderita kanker payudara. Pemeriksaan dilakukan dengan ultrasonografi atau mamografi. Setidaknya satu sampai dua tahun sekali bagi yang normal. Bagi mantan penderita, pemeriksaan dilakukan 6 bulan sampai 1 tahun karena penyakit kanker payudara berkaitan dengan hormonal dan bisa berubah dari waktu ke waktu.

Menurut Sonar, seseorang bisa mengidap kanker bila memiliki riwayat keluarga dekat yang menderita kanker, pernah mendapatkan pengobatan hormonal dalam waktu lama, dan pernah menderita tumor payudara, khususnya jenis ADH (atypical ductal hyperlasia).

Tertarik pengobatan alternatif? Sebelum mencoba, barangkali Anda harus menyimak penelitian di Inggris yang dilakukan terhadap 100 pengidap kanker payudara dalam waktu 5 tahun. Menurut Sonar, dari 100 orang yang menjalani pengobatan medis, 80 orang di antaranya bertahan hidup. Sedangkan yang memilih pengobatan alternatif, hanya 20 orang yang bertahan hidup.

Untuk menghindari penyakit kanker, Sonar menjelaskan, tidak ada pantangan khusus. Tapi, "Ada baiknya dikurangi makanan yang mengandung lemak," katanya. Sebab, zat yang terkandung pada lemak ada kaitannya dengan hormon. Untuk yang mengandung zat antioksidan juga boleh diperbanyak. MARTHA WARTA S



Sumber: Koran Tempo, Senin, 20 November 2006



____________________________________________________________________________________

Serat Tinggi Cegah Risiko Kanker Payudara

PAYUDARA merupakan salah satu organ vital wanita. Apalagi, banyak wanita takut terkena kanker payudara. Penyakit itu menjadi momok bagi wanita. Karena itu, menjaga kesehatan payudara sejak dini sangat penting.

Eny Sayuningsih SKM MKes mengemukakan cara memelihara payudara dengan konsumsi makanan yang menyehatkan. Pertama, tingkatkan konsumsi serat buah-buahan dan sayuran. "Serat yang terkandung dalam sayuran seperti buncis, seluruh jenis gandum, dan buah-buahan dapat mempengaruhi metabolisme estrogen dalam tubuh dan menurunkan estrogen dalam darah," papar ahli gizi RSU Haji Surabaya ini.

Selain itu, makan banyak sayuran seperti brokoli, kubis, kol, dan sayuran hijau seperti kangkung dan bayam, baik bagi kesehatan payudara. Sebab, sayuran tersebut mengandung komponen sulfur yang disebut indoles. Indoles membantu mengurangi estrogen dari tubuh dan mencegahnya tumbuh menjadi kanker payudara.

Beberapa penelitian menunjukkan, makan sedikitnya tiga porsi ikan laut setiap minggu seperti tuna, salmon, makarel, dan sarden dapat membantu mencegah kanker payudara. "Minyak omega 3 yang biasanya ditemukan dalam ikan dapat membantu memperkuat sistem kekebalan dan menghalangi pengaruh tumor yang menyebabkan kanker," papar alumnus Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia ini.

Di sisi lain, kurangi konsumsi makanan berlemak. Sebab, pola makan yang tinggi lemak hewani dapat meningkatkan risiko kanker payudara. Menurut para ahli, pola makan kaya lemak dapat menghasilkan zat kimia dalam usus yang ketika berhubungan dengan bakteri akan mengubahnya menjadi estrogen sebagai penyebab kanker. (kit)


pontianakpost.com,
Selasa, 29 November 2005


________________________________________________________________________________________________

Kanker Payudara: 70% Pasien Terlambat Deteksi Dini

Deteksi dini kanker payudara memegang peranan penting dalam mengantisipasi penyebaran kanker. Dengan deteksi dini, timbulnya sel-sel kanker dapat segera diatasi dan dicegah penyebarannya.

"Saat ini diketahui, sekitar 70% pasien kanker terlambat dideteksi, sehingga baru datang ke dokter pada saat stadium tinggi. Akibatnya risiko kematian akibat kanker semakin tinggi," ungkap Sutjipto, spesialis bedah onkologi pada ceramah kesehatan mengenai kanker, kemarin di Jakarta.

Lebih lanjut ia memaparkan, 90% dari semua jenis kanker merupakan penyakit yang dapat dicegah. Upaya pencegahan yang dapat dilakukan antara lain dengan melaksanakan pola hidup sehat untuk mencegah obesitas, serta rutin melakukan check up seperti pemeriksaan pap smear dan pemeriksaan radiologi (mammogram).

Menurut catatan WHO, setiap tahunnya kanker payudara meningkat sebanyak 20%. Dalam satu tahun itu, terdapat lebih dari satu juta penderita kanker payudara baru. "Kanker payudara merupakan silent killer, yang membunuh secara perlahan-lahan tanpa diketahui kapan mulai menginfeksi tubuh," ujar Sutjipto.

Penyebaran penyakit kanker di dunia mulai meningkat seiring dengan kemajuan zaman. Pergeseran gaya hidup, pola makan yang menyebabkan kegemukan, polusi udara, radiasi bahan kimia, konsumsi alkohol dan kafein, serta pemakaian hormon menjadi beberapa contoh faktor penyebab timbulnya kanker. Semakin maju suatu negara, peningkatan penderita kanker pun semakin meningkat, lanjut Sutjipto.

"Indonesia dengan masyarakat yang cenderung mengikuti pola hidup Barat juga mengalami peningkatan dalam jumlah pasien penyakit kanker," ujar pria yang juga Ketua Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta ini.

Salah satu contoh mantan penderita kanker payudara adalah Linda Agum Gumelar yang juga Ketua Umum Kowani. "Sembilan tahun yang lalu saya terkena kanker payudara, namun berkat deteksi awal hingga sekarang saya masih sehat serta masih berkesempatan berbuat sesuatu bagi masyarakat dan perempuan," tuturnya.

Linda juga mengatakan, tujuan ceramah kesehatan yang diselenggarakan atas kerja sama Kongres Wanita Indonesia (Kowani), Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta (YKPJ), serta Yayasan Daun Teratai, produsen obat tradisional China, adalah untuk memberikan pengetahuan mengenai kanker khususnya kanker payudara kepada masyarakat. Acara tersebut dihadiri organisasi wanita yang berada di bawah Kowani.

"Berdasarkan riset, saat ini diketahui, 1 dari 10 perempuan terkena kanker payudara," lanjutnya. Namun jika deteksi dini bisa berjalan, diharapkan angka tersebut dapat berkurang.

"Jika mendengar kata kanker sebaiknya masyarakat tidak menganggapnya sebagai vonis, tetapi anggaplah sebagai kata biasa yang dapat diatasi dengan tenang, ikhlas, dan menyerahkannya kepada Tuhan tetapi tetap berusaha melakukan berbagai cara pengobatan yang dapat dilakukan," pesan Linda.

Senada dengan Linda, salah satu mantan pengidap kanker payudara Sonya Parengkuan, yang kini aktif di YKPJ, menuturkan bahwa dengan selalu berpikir positif dan memasrahkan diri kepada Tuhan sangat membantu proses penyembuhan kanker.

Dirinya divonis mengidap kanker payudara stadium 2, dan harus dioperasi keesokan harinya. Hal tersebut sempat membuat istri August Parengkuan ini cukup terpukul. Namun berkat dukungan keluarga ia memutuskan tetap berjuang melawan penyakitnya. Setelah dioperasi, Sonya menjalani 6 siklus kemoterapi dan 28 kali radioterapi. "Dua bulan kemudian saya sudah kembali sehat, segar bugar dan kembali menjalani kehidupan secara normal," aku perempuan yang masih segar dalam usia setengah baya ini.

Kini Sonya memutuskan menjadi aktivis YKPJ untuk menyebarkan pengetahuan kepada masyarakat agar tidak seperti dirinya yang mengaku lalai melakukan pemeriksaan payudara seperti mammogram. "Saya harap perempuan lain tidak mengalami apa yang pernah saya alami serta bisa mencegah kanker dengan deteksi dini," tuturnya.

Ia juga berpesan bagi yang telah divonis kanker agar menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan di samping melakukan upaya pengobatan. "We do the best, God do the rest," paparnya.

sumber: Media Indonesia Rabu, 03 Agustus 2005

gugad1