ads by google 3

Kamera Aura Bermula dari Rusia

Kamera yang disebut dengan istilah kamera Kirlian atau kamera aura ini adalah hasil penemuan Semyon dan Valentina Kirlian. Pada saat pertama ditemukan, kamera yang juga dikenal dengan sebutan bio feed back camera ini baru bisa merekam warna hitam dan putih saja.

Percobaan pertama fotografi aura dilakukan oleh seorang ilmuwan Rusia, Nicola Tesla, pada 1890. Namun baru 70 tahun kemudian fotografi aura ini disertakan dalam penelitian kekuatan ilmu batin di negara yang sama. Popularitas fotografi aura meningkat saat Universitas California di Los Angeles mengukur aura dengan tepat melalui pengembangan teknologi yang ditemukan Kirlian dan memakainya sebagai informasi awal sebelum melakukan terapi alternatif dunia kesehatan pada tahun 1975. Sedangkan kamera aura yang berkembang di Indonesia saat ini adalah hasil pengembangan Guy Coggin, seorang ilmuwan dari Progen Ci, Redwood City, California.

Proses pemotretan dilakukan dengan mendudukkan seseorang pada kursi yang disediakan. Di kursi itu terdapat dua bantalan untuk tangan yang dipermukaannya terdapat plat-plat logam yang ukurannya disesuaikan dengan rata-rata ukuran jari-jari tangan manusia. Tubuh bagian depan terlebih dahulu dilapisi dengan kain hitam. "Gunanya untuk menyerap cahaya yang dihasilkan sebuah lampu berkekuatan 100 watt ini," ujar King Budiman, seorang konsultan warna, menunjuk sebuah lampu pijar yang berada di sebelah kanan kamera aura.

Plat-plat logam pada bantalan tangan itu dihubungkan dengan dua buah peranti lain, yang pertama dengan sebuah generator bertegangan tinggi untuk merekam pancaran gelombang elektromagnetik dari roda cakra (titik-titik cakra) yang terdapat di jari-jari. Hasil rekaman ini dikirim ke film negatif kemudian dicetak ke dalam sebuah foto, mirip dengan metode kamera polaroid, atau foto langsung jadi.

Sementara yang satunya lagi dihubungkan dengan komputer untuk menerjemahkan hasil pengamatan warna-warna yang terekam di foto itu dengan bahasa tulisan, berdasarkan peranti lunak yang dikembangkan oleh Progen Co., dari Amerika Serikat, yang telah dipatenkan dengan nomor 990110.

Kamera akan bekerja menerjemahkan gelombang elektromagnetik menjadi warna-warna dalam kurun waktu lima sampai 15 detik, tergantung pada ciri gelombang elektromagnetik masing-masing pasien. "Yang cepat sekali itu kalau auranya merah, karena gelombangnya seperti gunung-gunung, sementara yang lambat, adalah gelombang hijau ke bawah, karena gelombangnya halus seperti cacing," ujar King lagi.

Pada saat yang hampir bersamaan, komputer mencetak hasil analisisnya. Hasil analisis ini adalah berupa gambaran tertulis mengenai kepribadian dan kondisi kesehatan kita dan bagaimana solusi yang harus dilakukan. Jika Anda ingin tahu lebih lanjut soal kamera ini, silakan klik www.kirlian.org.





tempo.co.id

gugad1